Di kalangan santri pondok pesantren salafiyah, nama Syekh Taqiyuddin al-Hishni asy-Syafii sudah tak asing lagi. Namanya begitu terkenal berkat salah satu karyanya yang senantiasa dipelajari para santri, yakni Kifayah al-Akhyar fi Hall Ghayah al-Ikhtishar. Kitab ini merupakan salah satu kitab pokok yang dipelajari di pesantren salaf, bahkan kitab seakan menjadi kitab wajib di pesantren.
Nama lengkapnya adalah Imam Abu Bakar bin Muhammad bin Abdul Mu'min bin Hariz bin Mualla bin Musa bin Hariz bin Sa`id bin Dawud bin Qasim bin Ali bin Alawi bin Naasyib bin Jawhar bin Ali bin Abi al-Qasim bin Saalim bin Abdullah bin Umar bin Musa bin Yahya bin Ali al-Ashghar bin Muhammad at-Taqiy bin Hasan al-Askari bin Ali al-Askari bin Muhammad al-Jawad bin Ali ar-Ridha bin Musa al-Kadhzim bin Ja'far ash-Shodiq bin Muhammad al-Baqir bin Zainal Abidin Ali bin al-Husain bin Ali bin Abi Tholib at-Taqiy al-Husaini al-Hishni.
Ia lebih dikenal dengan nama Imam Taqiyuddin al-Hishni. Ia adalah seorang ulama besar dan ahli sufi bermazhab Syafii. Pria yang berasal dari Hishni (Syam) ini dilahirkan pada tahun 752 H, dan wafat pada Rabu, 14 Jumadil Akhir 829 H di Damaskus.
Dalam pengembaraan intektualnya ia banyak belajar pelbagai disiplin ilmu agama kepada para ulama besar yang ada pada saat itu. Di antaranya adalah Syekh Abul Abbas Najmuddin Ahmad bin Utsman bin Isa al-Jaabi; Syekh Syamsuddin Muhammad bin Sulaiman ash-Sharkhadi; Syekh Syarafuddin Mahmud bin Muhammad bin Ahmad al-Bakri; Syekh Syihaabuddin Ahmad bin Sholeh az-Zuhri; Syekh Badruddin Muhammad bin Ahmad bin Isa; Syekh Syarafuddin Isa bin 'Utsman bin 'Isa al-Ghazi; dan Syekh Shadruddin Sulaiman bin Yusuf al-Yaasufi.
Sepanjang hidupnya, Syekh Taqiyuddin al-Hishni banyak menulis kitab besar dan bernilai tinggi. Diantaranya (1) Daf'u Syubahi Man Syabbaha Wa Tamarrada Wa Nasaba Dzalika Ila asy-Sayyid al-Jalil al-Imam Ahmad; (2) Syarah Asmaullah al-Husna; (3)At-Tafsir; (4) Syarah Shohih Muslim (3 jilid); (5) Syarah al-Arbain an-Nawawi; (6) Ta'liq Ahadits al-Ihya; (7) Syarah Tanbih (5 jilid); (8) Kifayah al-Akhyar fi Hall Ghayah Al-Ikhtishar; (9) Syarah an-Nihayah; (10) Talkhish al-Muhimmaat (2 jilid); (11) Syarah al-Hidayah; (12) Adab al-Akl wa asy-Syarab; (13) Kitab al-Qawaa`id; (14) Tanbih as-Saalik; (15) Qami`un Nufuus; (16) Siyarus Saalik; (17) Siyarush Sholihaat; (18) Al-Asbaabul Muhlikaat; (19) Ahwal al-Qubur; dan (20) al-Mawlid.
Karomah
Seabrek karyanya itu, menunjukkan kedalaman dan keluasan ilmu yang dimiliki oleh Syekh Taqiyuddin al-Hishni. Namun demikian, sebagian ulama juga mendapati kekaromahan atau tingkat kewalian dari pengarang kitab Kifayah al-Akhyar ini.
Sebagaimana disebutkan oleh Syekh Yusuf bin Ismail an-Nabhani dalam kitabnya Jaami` Karaamaatil Awliya` juz 1 halaman 621- 622, Syekh Taqiyuddin merupakan seorang ulama yang memiliki kemuliaan tinggi. Ia menyebutkan, sewaktu para mujahidin berperang di Cyprus, maka banyak diantara mereka yang melihatnya ikut membantu perjuangan umat Islam di Cyrus, sehingga akhirnya mereka memperoleh kemenangan. Ketika mereka menceritakan hal itu kepada murid-muridnya di Damaskus, para muridnya menyatakan, bahwa Syekh Taqiyuddin tidak pergi kemana-mana dan senantiasa mengajarkan ilmu di Damaskus.
Dalam suatu kesempatan, Syekh Taqiyuddin juga terlihat berada di makkah dan madinah mengerjakan ibadah haji bersama umat Islam lainnya. Namun, di waktu yang sama, murid-muridnya sedang bersama Syekh Taqiyuddin belajar ilmu agama. Wa Allahu A'lam. (sya/republika)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar
Post a Comment