Taqiyuddin al-Hishni : Ulama Sufi

Di kalangan santri pondok pesantren salafiyah, nama Syekh Taqiyuddin al-Hishni asy-Syafii sudah tak asing lagi. Namanya begitu terkenal berkat salah satu karyanya yang senantiasa dipelajari para santri, yakni Kifayah al-Akhyar fi Hall Ghayah al-Ikhtishar. Kitab ini merupakan salah satu kitab pokok yang dipelajari di pesantren salaf, bahkan kitab seakan menjadi kitab wajib di pesantren.

Nama lengkapnya adalah Imam Abu Bakar bin Muhammad bin Abdul Mu'min bin Hariz bin Mualla bin Musa bin Hariz bin Sa`id bin Dawud bin Qasim bin Ali bin Alawi bin Naasyib bin Jawhar bin Ali bin Abi al-Qasim bin Saalim bin Abdullah bin Umar bin Musa bin Yahya bin Ali al-Ashghar bin Muhammad at-Taqiy bin Hasan al-Askari bin Ali al-Askari bin Muhammad al-Jawad bin Ali ar-Ridha bin Musa al-Kadhzim bin Ja'far ash-Shodiq bin Muhammad al-Baqir bin Zainal Abidin Ali bin al-Husain bin Ali bin Abi Tholib at-Taqiy al-Husaini al-Hishni.

Ia lebih dikenal dengan nama Imam Taqiyuddin al-Hishni. Ia adalah seorang ulama besar dan ahli sufi bermazhab Syafii. Pria yang berasal dari Hishni (Syam) ini dilahirkan pada tahun 752 H, dan wafat pada Rabu, 14 Jumadil Akhir 829 H di Damaskus.

Dalam pengembaraan intektualnya ia banyak belajar pelbagai disiplin ilmu agama kepada para ulama besar yang ada pada saat itu. Di antaranya adalah Syekh Abul Abbas Najmuddin Ahmad bin Utsman bin Isa al-Jaabi; Syekh Syamsuddin Muhammad bin Sulaiman ash-Sharkhadi; Syekh Syarafuddin Mahmud bin Muhammad bin Ahmad al-Bakri; Syekh Syihaabuddin Ahmad bin Sholeh az-Zuhri; Syekh Badruddin Muhammad bin Ahmad bin Isa; Syekh Syarafuddin Isa bin 'Utsman bin 'Isa al-Ghazi; dan Syekh Shadruddin Sulaiman bin Yusuf al-Yaasufi.

Sepanjang hidupnya, Syekh Taqiyuddin al-Hishni banyak menulis kitab besar dan bernilai tinggi. Diantaranya (1) Daf'u Syubahi Man Syabbaha Wa Tamarrada Wa Nasaba Dzalika Ila asy-Sayyid al-Jalil al-Imam Ahmad; (2) Syarah Asmaullah al-Husna; (3)At-Tafsir; (4) Syarah Shohih Muslim (3 jilid); (5) Syarah al-Arbain an-Nawawi; (6) Ta'liq Ahadits al-Ihya; (7) Syarah Tanbih (5 jilid); (8) Kifayah al-Akhyar fi Hall Ghayah Al-Ikhtishar; (9) Syarah an-Nihayah; (10) Talkhish al-Muhimmaat (2 jilid); (11) Syarah al-Hidayah; (12) Adab al-Akl wa asy-Syarab; (13) Kitab al-Qawaa`id; (14) Tanbih as-Saalik; (15) Qami`un Nufuus; (16) Siyarus Saalik; (17) Siyarush Sholihaat; (18) Al-Asbaabul Muhlikaat; (19) Ahwal al-Qubur; dan (20) al-Mawlid.

Karomah
Seabrek karyanya itu, menunjukkan kedalaman dan keluasan ilmu yang dimiliki oleh Syekh Taqiyuddin al-Hishni. Namun demikian, sebagian ulama juga mendapati kekaromahan atau tingkat kewalian dari pengarang kitab Kifayah al-Akhyar ini.

Sebagaimana disebutkan oleh Syekh Yusuf bin Ismail an-Nabhani dalam kitabnya Jaami` Karaamaatil Awliya` juz 1 halaman 621- 622, Syekh Taqiyuddin merupakan seorang ulama yang memiliki kemuliaan tinggi. Ia menyebutkan, sewaktu para mujahidin berperang di Cyprus, maka banyak diantara mereka yang melihatnya ikut membantu perjuangan umat Islam di Cyrus, sehingga akhirnya mereka memperoleh kemenangan. Ketika mereka menceritakan hal itu kepada murid-muridnya di Damaskus, para muridnya menyatakan, bahwa Syekh Taqiyuddin tidak pergi kemana-mana dan senantiasa mengajarkan ilmu di Damaskus.

Dalam suatu kesempatan, Syekh Taqiyuddin juga terlihat berada di makkah dan madinah mengerjakan ibadah haji bersama umat Islam lainnya. Namun, di waktu yang sama, murid-muridnya sedang bersama Syekh Taqiyuddin belajar ilmu agama. Wa Allahu A'lam. (sya/republika)

Kifayah al-Akhyar : Kitab Fikih Pilihan

Alquran adalah firman Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantaraan malaikat Jibril AS sebagai petunjuk hidup bagi umat manusia. Di dalamnya terdapat berbagai macam petunjuk, perintah yang mesti dikerjakan dan larangan yang harus ditinggalkan, serta kisah-kisah umat terdahulu.

Adapun hadis Nabi adalah perbuatan, perkataan dan perilaku kehidupan Nabi SAW. Ia menjadi semacam penerjemah atas keterangan yang global dan perlu penjelasan lebih rinci tentang ayat-ayat Alquran.

Alquran dan hadis Nabi SAW menjadi sumber hukum dalam Islam. Nabi SAW menyatakan, apabila umat Islam berpegang teguh pada keduanya, maka dia akan selamat dalam kehidupan di dunia dan di akhirat.

Oleh para ulama, kedua sumber hukum Islam ini kemudian diterjemahkan (ditafsirkan) lagi untuk memudahkan umat dalam menjalani segala hukum-hukum yang terdapat didalamnya, terutama dalam melaksanakan ibadah mahdlah (wajib) kepada Allah SWT.

Salah satu ulama yang mencoba untuk memudahkan umat dalam melaksanakan dan mengamalkan ajaran dari kedua sumber hukum Islam itu adalah Syekh Al-Imam Taqiyuddin Abu Bakr bin Muhammad al-Husaini al-Hisni ad-Dimasyi asy-Syafii. Ia lahir sekitar abad ke-9 Hijriyah (900 H). Namanya disandingkan dengan nama salah seorang Imam atau tokoh fikih terkenal, yaitu Imam Syafii (150-204 H), karena ia menganut mazhab Syafii. Al-Imam Taqiyuddin mengarang sebuah kitab fikih yang berjudul Kifayah al-Akhyar fi Hall Ghayah al-Ikhtishar, biasa disebut dengan Kifayatul Akhyar.

Kitab Kifayah al-Akhyar ini adalah kitab fikih yang cukup ringkas namun sangat detil dalam menerangkan hukum-hukum fikih seperti bersuci, shalat, puasa, zakat, haji, wasiat, waris, perkawinan, dan lain sebagainya. Didalamnya juga dilengkapi dengan dalil-dalil yang menjadi dasar hukum dari obyek pembahasan tersebut.

Memang, dibandingkan dengan kitab-kitab fikih lainnya seperti Fath al-Muin karya Syekh Zainuddin al-Malibari, Fath al-Qarib karya Syekh Muhammad bin Qasim al-Ghazi, atau Kasyifah al-Saja karya Syekh Muhammad Nawawi al-Bantani al-Jawi, kitab Kifayah al-Akhyar terbilang cukup tebal. Ia memuat sekitar 304 halaman (terbitan Thoha Putra Semarang). Begitu juga dengan terbitan Darul Kutub al-Islamiyah,Beirut, Libanon, yang memuat 300-an halaman.

Kitab-kitab fikih seperti Kasyifah al-Saja, Fath al-Muin, Fath al-Qarib al-Mujib, Matan Taqrib karya Ibnu Syuja' dan kitab Kifayah al-Akhyar ini sangat intens dipelajari di berbagai lembaga pendidikan Islam, terutama pesantren-pesantren salaf di Indonesia, termasuk di berbagai negara di Timur Tengah dan Asia Tenggara. Selain itu, di beberapa pengajian (majelis taklim), terkadang kitab tersebut juga dijadikan pembahasan utama.

Karena dalam dan luasnya pembahasan yang diungkapkan dalam kitab-kitab ini, termasuk Kifayah al-Akhyar, sejumlah ulama dan intelektual muslim berlomba-lomba menerjemahkan kitab tersebut ke dalam berbagai bahasa, termasuk bahasa Indonesia, Malaysia, Thailand, Inggris, Prancis, dan lainnya.

Komplet dan Pilihan
Sesuai dengan namanya (Kifayah al-Akhyar), tampaknya Syekh Al-Imam Taqiiyuddin Abu Bakr menginginkan kitab ini menjadi pilihan utama dan terbaik dalam pembahasan masalah-masalah fikih, terutama dalam mazhab Syafii.

Syekh Taqiyuddin mengharapkan, umat Islam yang mempelajari kitabnya ini, agar secara giat menekuni dan mendalami ilmu fikih. Menurutnya, mereka yang serius menekuni ilmu fikih dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari dalam menjalankan ibadah kepada Allah SWT, niscaya ia telah meretas sebuah jalan menuju surga.

Hal itu diungkapkannya dalam pembukaan (muqaddimah) dari Kifayah al-Akhyar. 'Faidza kana al-fiqh bihadza al-martabah al-syarifah wa al-mazaya al-munifah, kana al-ihtimam bihi fi al-darajah al-ula. Wa sharf al-auqat al-nafsiyyah bal kull al-'umr fihi aula. Lianna sabilahu sabil al-jannah.'

''Karena memiliki martabat mulia dan keunggulan yang luhur ini, maka menekuni ilmu fikih menjadi prioritas utama. Bahkan akan lebih baik jika seseorang menekuninya sepanjang hayat. Sebab, menekuni fikih adalah meretas jalan surga,'' jelas Syekh Taqiyuddin.

Memang tak disangsikan lagi, hanya dalam literatur dan kitab-kitab fikihlah terpapar berbagai kajian yang lebih mendalam dan detil tentang berbagai ritual ibadah dalam Islam, seperti shalat, puasa, zakat, haji, perkawinan, waris, perceraian, dan lainnya. Dalam konteks ini, tentu saja fikih lebih unggul dan mulia bagi mereka yang senantiasa tekun mempelajari dan mengamalkannya. Nabi SAW bersabda: ''Barangsiapa yang dikehendaki Allah suatu kebaikan padanya, niscaya Dia akan memudahkan dan membuatnya pandai dalam masalah agama.'' (Man yurid Allah bihi khairan, yufaqqihhu fi al-din).

Dan bila dilihat secara sepintas dalam bentuknya yang tebal (300 halaman), tentu kitab ini sangat komplet dan dalam saat membahas materi-materi fikih. Hal ini menunjukkan kedalaman dan luasnya ilmu yang dimiliki oleh pengarangnya. Tak berlebihan bila kitab Kifayah al-Akhyar senantiasa dijadikan rujukan para ulama saat membahas masalah-masalah umat dan ibadah.

Misalnya, dalam masalah bersuci (bab Thaharah), Syekh Taqiyuddin mengungkapkan, tentang cara bersuci yang diwajibkan dan disunnahkan, makna dari bersuci baik secara bahasa maupun istilah syara, dan lain sebagainya. Syekh Taqiyuddin menjelaskan, thaharah atau bersuci secara bahasa adalah membersihkan, merapikan.

Sedangkan secara istilah, tulis pengarang, maknanya adalah membersihkan hadas dan najis yang melekat pada tubuh dan pakaian seseorang yang diakibatkan oleh sesuatu sebab yang merusak (tidak sah) apabila digunakan untuk beribadah.

Hadas atau najis itu antara lain, air kencing, air besar, mani, madzi, berhubungan suami istri, darah, nanah, air liur binatang yang diharamkan, dan lain sebagainya. Dan untuk membersihkan hadas atau najis itu dari tubuh atau pakaian, harus dilakukan dengan mencucinya, berwudlu, mandi, atau bertayamum. Secara terperinci, Syekh Taqiyuddin menjelaskan tentang tata cara membersihkannya, termasuk anjuran-anjuran (Sunnah) dalam melakukannya.

Misalnya, saat menjelaskan perbedaan antara mani, wadi, dan madzi serta kewajiban mandi (janabat). Menurutnya, jika seseorang keluar mani, baik karena bersenggama (jima’), mimpi, atau onani (istimna’), maka ia wajib mandi.

Ia menjelaskan hal ini dengan mengutip hadis Nabi SAW, diantaranya yang diriwayatkan oleh Abu Sa’id al-Khudri RA. ''Sesungguhnya air itu adalah dari air.'' (Innama al-maa`u min al-maa`i) (HR Muslim). Maksud dari hadis ini adalah bahwa sesungguhnya mandi itu adalah karena keluarnya mani.

Pengarang melanjutkan, ''Jika yang keluar adalah madzi, maka cukup dibasuh saja, dan tidak wajib mandi. Namun keluarnya madzi dapat membatalkan wudhu.'' Diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib RA, ''Aku adalah seorang laki-laki yang sering mengeluarkan madzi, tapi aku malu bertanya kepada Rasulullah SAW karena kedudukan puteri beliau [sebagai isteriku]. Maka aku memerintahkan Miqdad bin Al-Aswad al-Kindi untuk bertanya kepada Rasulullah SAW. Maka berkatalah Rasulullah SAW, ''[Hendaklah dia] membasuh alat kemaluannya dan berwudhu.'' (HR Bukhari dan Muslim).

Ia menjelaskan, mani beda dengan madzi. Kalau madzi, adalah cairan yang keluar karena rangsangan seksual. Sedangkan mani adalah cairan yang mempunyai tiga ciri khas yang membedakannya dengan madzi (dan juga wadi). Pertama, mempunyai bau yang khas yang agak kuat. Jika sudah kering baunya seperti telur. Kedua, keluar dengan cara terpancar, dengan beberapa kali pancaran (hentakan). Ketiga, keluarnya disertai dengan rasa nikmat, yang diikuti dengan redanya syahwat. Jika salah satu dari tiga ciri ini terwujud, maka ia disebut mani dan harus wajib mandi.

Sedangkan wadi, adalah cairan yang keluar pada saat kencing. Wadi membatalkan wudhu sebagaimana madzi. Madzi dan wadi adalah najis, sedangkan mani suci, namun bila keluar dari kemaluan seseorang, baik karena berhubungan suami isteri ataupun sebab lainnya, maka ia wajib mandi. (Lihat penjelasan serupa oleh Syekh Ali ar-Raghib, dalam fasal Ahkam ash-Shalat, Bab Mandi Besar (al-Ghuslu) dan bab Macam-Macam Najis (al-Najasat).

Begitu juga dengan pembahasan lainnya seperti shalat, puasa, zakat, haji, serta masalah thalaq (perceraian). Dalam masalah perceraian, pengarang mengungkapkan, thalaq atau cerai adalah memutuskan ikatan pernikahan (atas kehendak suami). Thalaq terbagi dua, yakni sharih dan kinayah.

Sharih adalah kata yang bermakna cerai dan tidak membutuhkan niat. Alqur'an menggunakan tiga kata sharih yang bermakna cerai. Masing-masing terdapat dalam surah al-Baqarah ayat 229 dan Ath-Thalaq ayat 2. Adapun kinayah adalah kata atau kalimat yang mengandung makna cerai dan bukan cerai, dan dibutuhkan niat. Kata (kalimat) kinayah bermakna cerai jika disertai niat, menurut Ijma'. (Lihat penjelasan pengarang kitab Kifayah al-Akhyar, bagian 2/86 dan 84).

Sistematika Pembahasan
Kitab Kifayah al-Akhyar terbilang cukup rinci dan detil dalam menerangkan satu topic pembahasan. Ia disusun dengan sistematika yang sangat baik, sebagaimana kitab-kitab fikih lainnya. Kitab ini dibagi dalam dua pokok bahasan. Pada bagian pertama, pengarang memulai pembahasannya tentang bersuci (thaharah) sebanyak 17 pasal, lalu dilanjutkan dengan bab shalat (16 pasal), zakat (15 pasal), puasa (7 pasal), haji (5 pasal), dan bab jual beli (23 pasal). Setiap bahasan selalu diawali dengan penjelasan makna dari masing-masing hukumnya, kemudian dilanjutkan dengan pembahasan macam-macamnya.

Sementara itu, dalam bagian kedua, pengarang menjelaskan tentang masalah Luqathah, waris (faraidl) dan wasiat, bab nikah, jinayat (pidana), hudud (denda), jihad, peradilan, dan lainnya. Semuanya diterangkan secara lugas dan jelas. (syahruddin el-fikri/republika)

Munatour; Komitmen untuk Jamaah

Munatour didirikan dengan visi untuk membantu kelancaran ibadah haji para Tamu-tamu Allah, sebagaimana tuntunan Rasulullah SAW. Direktur Utama PT Munatour, Sugeng Wuryanto mengatakan, Munatour didirikan pada 7 April 1999 oleh tiga orang yakni Sugeng Wuryanto, Endi M Astiwara dan Syuhada Bahri, di Masjidil Haram, Makkah. Muna berasal dari kata Mina. Dan Munatour, kata Sugeng, dalam visinya memiliki tiga komitmen, yakni komitmen ibadah, komitmen tarbiyah dan komitmen dakwah.

Komitmen Ibadah, kata suami Sri Sekarsih ini, Munatour berupaya melayani Tamu-tamu Allah (jamaah haji) sesuai dengan tuntunan yang diajarkan Rasulullah saw. Salah satunya, selama menunaikan ibadah haji, Munatour memilih tinggal yang lebih lama di Makkah, yakni selama delapan hari, dan enam hari di Madinah.

Dipilihnya Makkah sebagai tempat tinggal yang lebih lama, untuk memaksimalkan ibadah sebanyak mungkin di Masjidil Haram. Hal ini, kata Sugeng, didasarkan pada sabda Nabi saw yang menyatakan, satu kali ibadah di Masjidil Haram sama dengan 100.000 kali ibadah di Masjid lain. Tuntunan Rasulullah lainnya dalam berhaji, papar Sugeng, pada tanggal 8 Dzulhijjah, jamaah disarankan untuk bermalam di Mina hingga dilaksanakannya shalat shubuh. Dan pagi harinya (9 Dzulhijjah), jamaah berangkat menuju Padang Arafah. Di Arafah, jamaah menunggu hingga menjelang Maghrib. Kemudian melanjutkan perjalanan ke Muzdalifah untuk mabit setelah sebelumnya melaksanakan shalat Maghrib dan Isya secara jamak. Kemudian setelah Shubuh dilanjutkan ke Masjidil Haram untuk melaksanakan Tawaf Ifadah.

Sedangkan komitmen Tarbiyah (Pendidikan) dari Munatour, kata Sugeng, bertujuan untuk pembinaan jamaah haji selama di Tanah Suci. Dalam visi ini, jamaah disarankan untuk memperbanyak membaca Alquran, berdzikir, berdoa dan memperbanyak ibadah sunnah lainnya. ''Bahkan paska haji pun, kita akan tetap mengupayakan terlaksananya komitmen ini. Ini dilakukan untuk menjaga agar kemabruran haji tetap terjaga,'' ujarnya.

Adapun komitmen Dakwah, jelas Sugeng, dalam setiap penyelenggaraan ibadah haji, Munatour akan mengajak satu orang da'i untuk diberangkatkan menunaikan ibadah haji. Tujuannya, untuk memperkuat tali ukhuwwah Islamiyah (persaudaraan Islam) serta menanamkan semangat untuk terus mensyiarkan Islam ke daerah-daerah pedalaman dan terpencil. ''Kami menyisihkan sedikitnya 25 dolar AS (haji) dan lima dolar AS (umrah) untuk kepentingan dakwah Islam,'' paparnya.(Republika)

Ismi Azis ; Belajar Sedekah

Tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah. Begitulah Rasulullah SAW mengajarkan umatnya agar suka menyedekahkan rezeki yang dianugerahkan Allah SWT. Bersedekah tidak hanya mendatangkan balasan berlipat ganda bagi pemberi, namun juga memberikan kebahagiaan bagi si penerima. Selain itu, bersedekah juga akan menjaga ukhuwah antara si kaya dan si miskin. Tampaknya, hikmah itulah yang dipetik artis Ismi Azis ketika menunaikan ibadah haji pada 1992 silam. Ketika berada di Tanah Suci, ke mana pun ia pergi, baik ke pasar maupun sekitar masjid, selalu ada saja orang Arab yang memberinya makanan. Padahal, dirinya sama sekali tak mengenal orang-orang tersebut.

””Wah, pokoknya selama menunaikan ibadah haji, saya tidak pernah kekurangan makanan, selalu saja ada orang yang memberi,”” ujar wanita pemilik nama asli Setia Ismiati Azis itu.

Bagi Ismi, pemberian makanan tadi tidak saja menyelipkan rasa bahagia dalam dirinya selama berada di Tanah Suci, namun juga membawa hikmah.
Pemberian-pemberian tersebut membuat Ismi berpikir–barangkali kalau dirinya berbuat hal yang sama, tentu itu akan membuat orang lain berbahagia pula.

””Ketika menerima pemberian itu, saya benar-benar merasa bahagia. Seandainya saya berbuat seperti itu, tentu orang lain yang menerima akan bahagia pula,”” kata Ismi.

Setelah melakukan perenungan atas peristiwa tadi, dalam hatinya muncul tekad, sesampai di Tanah Air ia akan memperbanyak sedekah. Dengan bersedekah, katanya, tentu banyak mendatangkan kebahagiaan bagi orang lain.

Kata Ismi, bersedekah tak hanya mendatangkan rasa bahagia. Berdasarkan pengalamannya ketika berada di Tanah Suci, pemberian makanan dari orang Arab telah mengajarkan nilai-nilai ukhuwah padanya. Betapa tidak, dirinya telah dianggap sebagai saudara oleh mereka yang semula adalah orang-orang asing.

””Di Arab, saya tidak kenal dengan siapa pun. Dengan pemberian makanan itu, orang-orang di sana berarti sayang dan menganggap saya sebagai saudara,”” tandas wanita yang lahir di Makassar, Sulawesi Selatan, 27 November 1965, itu.

Selain mendapat banyak pemberian makanan, Ismi pun mengaku menerima banyak kemudahan selama menunaikan rukun Islam kelima tersebut. Dia menyebutkan, salah satu kemudahan yang diterimanya itu tatkala berusaha mencium Hajar Aswad. Dengan tubuhnya yang mungil, untuk bisa mencium Hajar Aswad, pasti akan sulit dilakukan.

Apalagi, untuk bisa mencium Hajar Aswad, harus dilakukan melalui ”persaingan” dengan jamaah haji dari negara-negara lain yang memiliki postur tubuh tinggi dan besar. Namun, tak ada yang mampu menandingi kebesaran Allah jika Allah telah berkehendak menolong hamba-Nya. Penyanyi yang melejit di era 1990-an itu ternyata malah bisa mencium Hajar Aswad hingga berkali-kali.

””Pengalaman itu sungguh luar biasa. Sesuatu yang tidak mungkin dilakukan, menurut kacamata kita, bisa saya lakukan berkali-kali.””

Ismi menuturkan, setiap selesai melakukan putaran thawaf, selalu ada keajaiban yang dialaminya. Ketika tepat berada di depan Hajar Aswad, tiba-tiba di sekitar batu mulia itu tampak kosong dari jutaan manusia. Karena itu, dirinya pun bisa dengan mudah mencium Hajar Aswad.

Pada kesempatan thawaf berikutnya, keajaiban lain pun terjadi dengan adanya orang yang tiba-tiba menarik tangan Ismi sehingga mendekat ke arah Hajar Aswad. Kesempatan itu tentu tak disia-siakannya untuk bisa kembali mencium batu tersebut.

””Ternyata, kalau ada niat, pasti ada jalan,”” tandas putri direktur TVRI di era tahun 1980-an, Azis Husein.

Ismi melanjutkan, kemudahan lain yang dialaminya selama menunaikan ibadah haji terjadi saat lontar jumrah. Dengan ukuran fisiknya yang mungil, ternyata ritual itu dapat mudah dilakukannya. Bahkan, dengan sekali lempar, langsung mengenai sasaran.

Ismi pun mengaku, pelaksanaan ibadah haji telah membawa perubahan besar dalam dirinya. Setelah kembali ke Tanah Air, dirinya lebih bisa menjadi orang yang sabar dalam menghadapi apa pun. Selain itu, kualitas ibadah sehari-harinya pun lebih meningkat. (Republika)

Al-Khazini ; Saintis Muslim Perintis Ilmu Gravitasi

“Fisikawan terbesar sepanjang sejarah.’’ Begitulah Charles C Jilispe, editor Dictionary of Scientific Bibliography menjuluki saintis Muslim, al-Khazini. Para sejarawan sains menempatkan saintis kelahiran Bizantium alias Yunani itu dalam posisi yang sangat terhormat. Betapa tidak, ilmuwan Muslim yang berjaya di abad ke-12 M—tepatnya 1115-1130 M—itu telah memberi kontribusi yang sangat besar bagi perkembangan sains modern, terutama dalam fisika dan astronomi. Al-Kha zini merupakan saintis Muslim serbabisa yang menguasai astronomi, fisika, biologi, kimia, matematika, serta filsafat.

Sederet buah pikir yang dicetuskannya tetap abadi sepanjang zaman. Al-Khazini merupakan ilmuwan yang mencetuskan beragam teori penting dalam sains, seperti metode ilmiah eksperimental dalam mekanik; energi potensial gra vitasi; perbedaan daya, masa dan berat; serta jarak gravitasi. “Teori keseimbangan hidrostatis yang dicetuskannya telah men dorong penciptaan peralatan ilmiah. Al- Khazini ada lah salah seorang saintis terbesar se panjang masa,’’ ung kap Robert E Hall (1973) dalam tulisannya berjudul Al-Khazini yang dimuat dalam A Dictionary of Scientific Biography Volume VII.

Sejatinya, al-Khazini bernama lengkap Abdurrahman al-Khazini. Menurut Irving M Klotz, dalam tulisannya bertajuk Multicultural Perspectives in Science Education: One Prescrip tion for Failure, sang ilmuwan hidup di abad ke-12 M. ‘’Dia berasal dari Bizantium atau Yunani,’’ tutur Klotz. Al-Khazini menjadi budak Dinasti Seljuk Turki, setelah kerajaan Islam itu menaklukkan wilayah kekuasaan Kaisar Konstantinopel, Romanus IV Diogenes.

Al-Khazini kemudian dibawa ke Merv, sebuah kota metropolitan terkemuka pada abad ke-12 M. Merv berada di Persia dan kini Turk me nistan. Sebagai seorang budak, nasib al-Kha zini sungguh beruntung. Oleh tuannya yang bernama al-Khazin, ia diberi pendidikan yang sangat baik. Ia diajarkan matematika dan filsafat.

Tak cuma itu, al-Khazini juga dikirimkan untuk belajar pada seorang ilmuwan dan penyair agung dari Persia bernama Omar Khayyam. Dari sang guru, dia mem pelajari sastra, metematika, astronomi, dan filsafat. Menurut Boris Rosenfeld (1994) dalam bukunya Abu’l-Fath Abd al- Rahman al-Khazini, saat itu Omar Khayyam juga menetap di Kota Merv.

Berbekal otak yang encer, al-Khazini kemudian menjelma menjadi seorang ilmuwan ber pe ngaruh. Ia menjadi seorang matematikus terpandang yang langsung berada di bawah perlindungan Sultan Ahmed Sanjar, penguasa Di nasti Seljuk. Sayangnya, kisah dan perjalanan hidup al-Khazini tak banyak terekam dalam buku-buku sejarah.

Zaimeche PhD (2005) dalam bukunya berjudul Merv menuturkan, al-Khazini adalah seorang ilmuwan yang bersahaja. Meski kepandaiannya sangat dikagumi dan berpengaruh, ia tak silau dengan kekayaan. Menurut Zaimeche, al-Khazini sempat menolak dan mengembalikan hadiah sebesar seribu keping emas (dinar) dari seorang istri Emir Seljuk.

‘’Ia hanya merasa cukup dengan uang tiga dinar dalam setahun,’’ papar Zaimeche. Para sejarawan sains mengungkapkan, pemikiran-pemikiran al-Khazini sangat dipengaruhi oleh sejumlah ilmuwan besar, seperti Aristoteles, Archimedes, Al-Quhi, Ibnu Haitham atau Alhacen, al-Biruni, serta Omar Khayyam. Selain itu, pemikiran al-Khazini juga sangat berpengaruh bagi pengembangan sains di dunia Barat dan Islam. Salah satu ilmuwan Barat yang banyak terpengaruh al- Khazini adalah Gregory Choniades—astronom Yunani yang meninggal pada abad ke-13 M.

Pemikiran

Salah satu kontribusi penting yang diwariskan al-Khazini dalam bidang astronomi adalah Tabel Sinjaric. Tabel itu ditulis kannya dalam sebuah ri salah astronomi bertajuk Az-Zij as- Sanjari. Da lam manuskrip itu, dia men jelaskan jam air 24 jam yang di desain un tuk kegunaan astronomi. Inilah salah satu jam astronomi pertama yang dikenal di dunia Islam.

Selain itu, al-Khazini juga menjelaskan tentang posisi 46 bintang. Risalahnya yang berjudul Al-Khazini’s Zij as-Sanjari itu kemudian diterjemahkan ke da lam bahasa Yunani oleh Gregory Choniades pada abad ke-13 M. Risalah astronomi yang ditulis al- Khazini pun menjadi rujukan para ilmuwan dan pelajar di Kekaisaran Bizantium.

Kontribusi penting lainnya yang diwariskan al-Khazini dalam bidang fisika adalah kitab Mizan al-Hikmah atau Balance of Wisdom. Buku yang ditulisnya pada 1121 M itu mengungkapkan bagian penting fisika Islam. Dalam buku itu, al-Khazini menjelaskan secara detail pemikiran dan teori yang diciptakannya tentang keseimbangan hidrostatika, konstruksi dan kegunaan, serta teori statika atau ilmu keseimbangan dan hidrostatika.

Selain menjelaskan pemikirannya tentang teori-teori itu, al-Khazani juga menguraikan perkembangan ilmu itu dari para pendahulu serta ilmuwan yang sezaman dengannya. Dalam bukunya itu, al-Khazini juga menjelaskan beberapa peralatan yang diciptakan ilmuwan pendahulunya, seperti araeometer buatan Pappus serta pycnometer flask yang diciptakan al- Biruni.

Buku itu dinilai Nasr sebagai sebuah karya ilmiah Muslim yang paling esensial tentang mekanika dan hidrostatika, terutama studi mengenai pusat gravitasi. Dalam buku itu pula, al-Khazini mengupas prinsip keseimbangan hidrostatis dengan tingkat ketelitian objek sampai ukuran mikrogram (10-6 gr), suatu level ketelitian yang menurut K Ajram dalam The Miracle of Islamic Science hanya tercapai pada abad ke-20 M.

Al-Biruni and al-Khazini merupakan dua ilmuwan Muslim yang pertama kali mengembangkan metode ilmiah dalam bidang ilmu keseimbangan atau statika dan dinamika. Metode itu dikembangkan untuk menentukan berat yang didasarkan pada teori keseimbangan dan berat. Al-Khazini dan ilmuwan pendahulunya menyatukan ilmu statika dan dinamika ke dalam ilmu baru bernama mekanika.

Selain itu, mereka juga menggabungkan ilmu hidrostatika dengan dinamika sehingga melahirkan ilmu baru bernama hidrodinamika. Mereka juga mene rapkan teori rasio matematika dan teknik infinitesimal serta memperkenalkan aljabar dan teknik penghitungan ke dalam statika.

Al-Khazini dan ilmuwan Muslim lainnya juga merupakan yang pertama menggeneralisasi teori pusat gravitasi dan mereka adalah yang pertama kali menerapkannya ke dalam benda tiga dimensi. Para ilmuwan Muslim, salah satunya al-Khazini, telah melahirkan ilmu gravitasi yang kemudian berkembang di Eropa. Al-Khazini telah berjasa dalam meletakkan fondasi bagi pengembangan mekanika klasik di era Renaisans Eropa. Al-Khazini wafat pada abad ke-12 M. Meski begitu, pemikiran-pemikiran yang telah diwariskannya bagi peradaban dunia hingga kini masih tetap abadi dan dikenang.
(Republika)

Muslim Argentina Giat Belajar Agama

Sebagai sebuah negara dengan jumlah populasi Muslim terbesar di kawasan Amerika Selatan, ajaran Islam mengalami perkembangan yang cukup pesat di Argentina. Karena itu, komunitas Muslim di negeri Tango ini merasa perlu mengenalkan sosok Nabi Muhammad SAW, sang pembawa risalah Islam, kepada masyarakat Argentina. Menurut hasil riset terbaru lembaga survei Amerika Serikat, Pew Research Center, menyebutkan bahwa Argentina memiliki 800 ribu Muslim. Namun, beberapa lembaga lainnya menyebutkan, jumlah pemeluk Islam di Argentina mencapai tiga juta orang.

Islamic Center Buenos Aires yang bekerja sama dengan Organisasi Dunia Islam, menggelar jenjang pendidikan untuk mengenalkan sosok Nabi Muhammad SAW kepada masyarakat Argentina. Sebagaimana laporan yang dirilis Saudi Press Agency (SPA) Februari 2009 lalu, jenjang pendidikan ini adalah salah satu cara untuk mengenal sosok Rasulullah SAW.

Penyelenggaraan jenjang pendidikan ini, seperti dikutip dari SPA, bertujuan mengkaji sisi-sisi keteladanan Rasulullah dalam perkara keislaman. Sehingga, diharapkan masyarakat non-Muslim di Argentina bisa mengenal secara lebih mendalam sosok manusia Agung, Rasulullah SAW.

Kedutaan Arab Saudi di Buenos Aires bertanggung jawab atas penyelenggaraan program ini. Pelaksanaan program jenjang pendidikan Islam tersebut dilakukan dalam tahun 2009 ini. Lebih dari 50 orang dari para mubaligh Muslimin, imam-imam masjid, dan para pengurus organisasi Islam di seluruh Argentina, akan mengikuti program jenjang pendidikan tersebut.

Istilah Arab

Selain jumlah populasi yang lumayan besar, keberadaan Islam di Argentina juga bisa dilihat dari sejumlah nama tempat dan kota di negara ini, yang menggunakan istilah-istilah yang berakar dan berasal dari bahasa umat Islam, yakni bahasa Arab.

Dr Youssef Mroueh, dari Preparatory Commitee for International Festivals to celebrate the millennium of the Muslims arrival to the Amricas, dalam esainya yang berjudul Precolumbian Muslims in America menyebutkan, di kawasan Argentina terdapat nama kota-kota Cordoba dan Bahia.

Cordoba merupakan nama sebuah kota di masa kekhalifahan Islam yang pernah berkuasa di wilayah Spanyol saat ini. Di Argentina, Cordoba merupakan nama ibu kota salah satu provinsi di Argentina yang berada sekitar 700 kilometer arah barat laut Buenos Aires.

Sementara dalam sejarah peradaban Islam, Bahia merupakan salah satu istana peninggalan kejayaan Islam yang berada di Kota Marrakech, Maroko. Sedangkan di Argentina, terdapat sebuah kota bernama Bahia Blanca. Kota ini berada di sebelah barat daya ibu kota Argentina, Buenos Aires. (Republika)

Menengok Islam di Negeri Tango

Nama Argentina selalu identik dengan sepak bola. Sejumlah nama pemain sepak bola dunia terlahir di negeri ini. Misalnya, Diego Armando Maradona, Gabriel Omar Batistuta, Mario Kempes, Lionel Messi, Carlos Tevez, Maxi Rodriguez, dan Gabriel Heinze. Maradona adalah salah satu pemain terbaik dunia abad ke-20, bersama Edson Arantes do Nascimento, asal Brazil, yang akrab dipanggil Pele.

Nama Maradona sangat populer di negeri tersebut ketimbang nama presiden Argentina. Ia bahkan disamakan dengan 'Sang Juru Selamat' bagi Argentina, berkat 'gol tangan tuhan' yang ia ciptakan di semifinal Piala Dunia 1986 ke gawang Inggris. Dan, berkat gol itu pula, Argentina maju ke final Piala Dunia 1986, hingga akhirnya menjadi kampiun Piala Dunia 1986. Beberapa masyarakat Argentina menganggap Maradona sebagai 'tuhan'.

Namun, di sisi lain, tak banyak orang yang tahu predikat unik yang juga disandang negara yang memiliki luas wilayah 2.780.400 meter persegi itu. Di tengah gempita penduduknya yang gemar sepak bola itu, ada komunitas Muslim yang hidup di tengah-tengah mayoritas umat Nasrani.

Ya, Argentina merupakan salah satu negara yang penduduk Muslimnya sangat banyak. Bahkan, terbesar dibanding negara-negara lain di kawasan Amerika Latin.

Lalu, seberapa banyak umat Islam di negara ini? Pertanyaan itu tentu tak layak untuk disandingkan dan dibandingkan dengan negara Timur Tengah atau Asia, yang merupakan negara pemeluk Islam terbesar di dunia. Sebab, Amerika Latin merupakan wilayah misionaris Nasrani sejak kawasan itu ditaklukkan Eropa pada awal abad ke-16. Dan, di tengah perang dingin ideologi antara Barat dan Islam saat ini, justru ajaran Islam bisa tumbuh subur dan berkembang pesat di sana.

Meski populasi Muslim di negara yang memiliki nama resmi Argentine Nation itu menempati peringkat keempat, nuansa dakwah dan religiositas pemeluk Islam di sana begitu tinggi. Ini bisa dibuktikan dengan berdirinya sejumlah masjid di Argentina.

Di Buenos Aires, ibu kota Argentina, telah berdiri sebuah masjid besar pada tahun 1989. Masjid itu kini menjadi pusat kegiatan ibadah dan dakwah umat Islam di sana. Di beberapa kota di Argentina, kini juga berdiri masjid-masjid kokoh dan megah. Jumlahnya sudah mencapai puluhan.

Syiar Islam semakin marak di Argentina setelah sebuah pusat kajian Islam yang diberi nama The King Fahd Islamic Cultural Center, dibangun pada tahun 1996. Bangunan pusat kajian Islam ini terletak di permukiman kelas menengah di wilayah Palermo, Buenos Aires. Proyek yang merupakan kerja sama pemerintah Argentina dan Arab Saudi ini dibangun di atas lahan seluas 34 ribu meter persegi. Pusat kajian ini dilengkapi dengan bangunan masjid, perpustakaan, dua buah sekolah, taman, dan lahan parkir.

Di tempat ini, biasanya umat Islam berkumpul dan mengkaji seputar keilmuan dan budaya Islam. Terlebih pada bulan Ramadhan, senandung budaya dan nilai-nilai Islam begitu marak dikumandangkan.

Tumbuh pesat
Mengenai jumlah umat Islam di Argentina, memang sulit ditemukan angka yang pasti. Beberapa sumber data menyebutkan angka yang berbeda. Menurut catatan The CIA World's Fact Book, pada tahun 2004, dari total penduduk Argentina yang mencapai 39.144.753 jiwa, hanya dua persen yang memeluk Islam, yaitu sekitar 782.895 jiwa, selebihnya adalah pemeluk Katolik Roma, Protestan, dan Yahudi. Sedangkan Katolik Roma, merupakan agama mayoritas di negara yang terkenal dengan tarian tangonya itu.

Kendati demikian, menurut laporan salah satu harian di Argentina, Clerein, warga Argentina yang baru masuk Islam sekarang ini bertambah menjadi 900 ribu orang. Dan, jika kaum imigran Muslim yang ada di sana dijumlahkan secara keseluruhan, bisa mencapai lebih dari tiga juta orang. Sehingga, estimasi populasi Muslim di Argentina meningkat dari yang semula 700 ribu kini menjadi lebih dari tiga juta jiwa.

Peningkatan populasi Muslim di Argentina diakui Pusat Kajian Islam di Argentina, Centro de Estudios Islamicos, lembaga yang fokus pada dakwah dan kajian budaya Islam di Argentina. Lembaga ini menyebutkan pada abad ini agama Islam berkembang pesat di Argentina, indikasinya adalah dengan semakin banyaknya pemeluk agama Islam.

Masyarakat Argentina banyak yang mulai tertarik dengan Islam. Tudingan yang gencar dilakukan Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya pada umat Islam, sejak tragedi 11 September 2001, sebagai pelaku terorisme global, memang sempat membuat umat Islam di Argentina dicurigai. Namun, begitu setelah dilakukan dialog dua arah, ketegangan dan rasa curiga hilang dengan sendirinya dan berbagai tudingan negatif yang dilayangkan kepada umat Islam, tidak begitu digubris masyarakat Argentina. Sementara umat Islam di Argentina, telah menunjukkan jiwa kenegarawan dan nasionalisme yang tinggi. Hal inilah yang menjadikan gairah dakwah Islam semakin meningkat di sana.

Seperti umumnya umat Islam di dunia, kaum Muslim di Argentina juga melakukan keseharian berdasarkan profesi masing-masing. Mereka bekerja dari pagi hingga sore hari. Bagi kaum metropolis, mereka menjalankan ibadah dengan tidak meninggalkan kewajiban mereka sebagai kaum profesional. Sementara bagi mereka yang tinggal di pedesaan, mereka hidup rukun dan berdampingan. Saat senja tiba, mereka berkumpul kembali di rumah. Umumnya, karena letak masjid berjauhan dengan lokasi rumah, mereka melakukan shalat Magrib bersama keluarga di rumah masing-masing.

Kaum pendatang

Peran kaum pendatang dari Timur Tengah, seperti Suriah dan Lebanon, menjadikan dakwah Islam di Argentina terlihat kian ramai. Para pendatang itulah yang justru banyak memperkenalkan Islam kepada penduduk Argentina. Mereka bermigrasi ke wilayah Argentina pada awal abad ke-20, dan membentuk permukiman di tengah-tengah penduduk asli. Mereka hidup rukun dan damai tanpa ada rasa curiga dan permusuhan.

Namun, jauh sebelum kedatangan kaum imigran Suriah dan Lebanon ini, komunitas Muslim sudah terbentuk di tanah Argentina. Kedatangan para imigran Muslim pertama ini bersamaan dengan kedatangan para penjelajah berkebangsaan Spanyol dan Portugis di wilayah Argentina. Jumlah imigran Muslim ini terus bertambah setelah Argentina menjadi wilayah koloni Spanyol.

Di antara imigran Arab yang terkenal adalah keluarga Menem, yang berasal dari Suriah dan pemeluk Islam. Mantan presiden Argentina, Carlos Menem, merupakan salah satu keturunan keluarga imigran Suriah ini. Meski leluhurnya adalah pemeluk Islam, ia sendiri merupakan seorang penganut Katolik Roma. Karena faktor agama inilah, Carlos Menem diizinkan untuk ikut mencalonkan diri sebagai presiden Argentina. Dalam aturan konstitusi yang berlaku, presiden Argentina haruslah seorang pemeluk Katolik Roma. Namun, aturan ini dihapuskan dalam reformasi konstitusi tahun 1994.

Diperkirakan, saat ini terdapat sekitar 3,5 juta penduduk Argentina keturunan Arab. Para keturunan Arab Argentina ini tidak hanya memeluk agama Islam, tetapi juga pemeluk Kristen dan Yahudi. Bahkan, bisa dikatakan sebagian besar keturunan imigran Arab ini adalah orang Kristen serta Yahudi, dan mungkin hanya kurang dari seperempat keturunan imigran Arab yang benar-benar Muslim. (Nidia/Republika).

Geografi

Nama Negara : Argentina
Sistem Pemerintahan : Republik
Kepala Negara : Presiden
Luas Wilayah : 2.780.400 meter persegi
Jumlah Penduduk : 39.144.753 jiwa
Agama : Katolik Roma, Protestan, Islam, dan Yahudi.
Pemeluk Islam : sekitar 3 juta jiwa


Abdul Qadir Jailani: Maestro Sufi

Sang maestro sufi ini bernama lengkap Abu Muhammad Abdul Qadir bin Abu Shalih Musa Janki Dausat bin Abu Abdullah bin Yahya Al-Zahid bin Muhammad bin Dawud bin Musa bin Abdullah bin Musa al-Jun bin Abdullah al-Mahadh, yang lebih populer dengan panggilan Syekh Muhyiddin Abdul Qadir al-Jailani. Ia dilahirkan pada tahun 470 H (1077-1078 M) di Jil, daerah di belakang Tabaristan, kini termasuk wilayah Iran.

Ia mendapat julukan Al-Ghawts al-A'zham, manifestasi sifat Allah 'Yang Mahaagung', yang mendengar permohonan dan memberikan pertolongan, dan Al-Qutb al-A'zham, pusat dan ujung embara rohani, sultan aulia, sumber hikmah, perbendaharaan ilmu, teladan iman dan Islam, dan pewaris hakiki kesempurnaan Nabi Muhammad Saw.

Ia belajar kepada beberapa orang ulama, seperti Ali Abul Wafa al-Qayl, Abul Khaththab Mahfuzh, Abul Hasan Muhammad al-Qadhi, dan Abu Sa'ad al-Mubarak ibn Ali al-Muharrami. Selain itu, Syekh Abdul Qadir Al-Jailani juga menimba ilmu pada ulama-ulama tersebut hingga mampu menguasai 13 bidang ilmu. Banyak orang yang belajar padanya tentang tafsir, hadis, dan persoalan mazhab. Setiap mengeluarkan fatwa, ia menggunakan kaidah fikih Imam Syafi'i dan Imam Ahmad ibn Hanbal. Ia juga menguasai ilmu perbandingan, ushul fikih, nahwu, dan ilmu qiraat.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah yang terkenal kritis terhadap sufi dan tasawuf, dalam beberapa fatwanya menyanjung dan memuji Syekh Abdul Qadir al-Jailani. Beliau menyebutkan, karamah-karamah yang dimiliki oleh Syekh Abdul Qadir dinukil secara mutawatir.

Ada banyak buku dan artikel yang dinisbatkan kepadanya, namun yang disepakati sebagai karyanya hanya ada tiga, yaitu:

1. Al-Ghunyah li Thalibi Thariq al-Haqq (Bekal Para Pencari Kebenaran). Karya ini banyak terpengaruh--baik tema maupun gaya bahasanya--dengan Ihya 'Ulum ad-Din karya al-Ghazali. Ini terlihat dengan penggabungan fikih, akhlak, dan prinsip suluk.

2. Al-Fath al-Rabbani wa al-Faydh al-Rahmani (Menyelami Samudra Hikmah), kumpulan tausiyah yang pernah disampaikan Syekh dalam majelisnya. Setiap satu pertemuan menjadi satu tema. Semua pertemuan yang dibukukan ada 62 kali pertemuan. Pertemuan pertama pada 3 Syawal 545 H. Pertemuan terakhir pada hari Jumat, awal Rajab 546 H.

3. Futuh al-Ghayb (Penyingkapan Kegaiban), kompilasi dari 78 artikel yang ditulisnya berkaitan dengan suluk, akhlak, dan lain-lain. Tema dan gaya bahasanya sama dengan Al-Fath al-Rabbani.
Ia wafat pada Sabtu, 8 Rabi al-Tsani 562 H. Makamnya terletak di Madrasah Bab al-Darajah di Baghdad, telah menjadi tempat ziarah penting bagi kaum Muslimin, khususnya kaum sufi. Sepanjang usianya dihabiskan untuk berbuat baik, mengajar, dan bertausiyah.

Syekh Abdul Qadir al-Jailani merupakan tokoh sufi yang paling masyhur di Indonesia. Ia adalah pendiri Tarekat Qadiriyah. Terlepas dari pro dan kontra atas kebenaran karamah-nya, cerita-cerita tentangnya sering dibacakan dalam majelis yang dikenal di masyarakat dengan sebutan manaqiban. Peringatan haul waliyullah ini pun selalu dirayakan setiap tahunnya oleh umat Islam di Indonesia. (Republika)

Rahasia Cakrawala Misykat (Sirr al-Asrar)

Makna 'perjalanan menuju Allah' adalah berpindah dari akal non-syar'i kepada akal syar'i, dari hati yang sakit dan keras kepada hati yang sehat, dari ruh yang lari dari pintu Allah kepada ruh yang mengenal Allah, dan dari jiwa yang kotor kepada jiwa yang suci bergelimang cahaya, seperti yang tergambar dalam Alquran, Surat an-Nur ayat 35-38.

Ayat ini merupakan perumpamaan tahapan-tahapan 'menuju cahaya Allah.' Jasad diumpamakan sebagai Al-Misykat, sebuah lubang di dinding yang tidak tembus. Hati diumpamakan Al-Zujajah, tabung kaca yang berisi pelita besar. Dan, hati yang suci diumpamakan Al-Mishbah, pelita besar yang bercahaya.

Dalam Kitab Sirr al-Asrar, ketika menafsirkan ayat di atas, Syekh Abdul Qadir al-Jailani menyatakan, ''Jika cahaya Allah--yang merupakan cahaya langit dan bumi--menerangi hatimu, ia akan menyalakan lentera hatimu, yang berada dalam kaca yang bening. Dan, berkilaulah bintang Ilahi dalam hatimu. Kilauan itu memancar dari awan makna yang tak berasal dari Timur maupun Barat, menyala dari pohon zaitun, cahaya itu memantul dari pohon itu, sangat jernih dan terang seolah-olah memancarkan cahaya meski tak disentuh api. Ketika itulah lentera hikmah menyala terang. Bagaimana mungkin ia padam jika cahaya Allah menerangi seluruh relungnya?''

Dari pernyataan tersebut, setidaknya ada empat perumpamaan tahap untuk sampai pada cahaya Allah. Pertama, manusia mempunyai dua potensi, jasad dan hati. Lubang di dinding rumah yang tidak tembus ibarat jasad dan tabung kaca ibarat hati. Dan, cahaya keimanan akan masuk ke dalam hati seorang Mukmin.

Kedua, ketetapan bagi seorang Mukmin adalah selalu terikat dengan hukum syara. Pohon zaitun merupakan perumpamaan dari syariat Allah yang tidak miring ke Timur dan tidak pula miring ke Barat. Inilah cahaya Alquran.

Ketiga, syariat yang bermanfaat bagi manusia ibarat pohon yang diberkahi. Syariat Islam yang mengatur semua perkara kehidupan manusia, akan memberikan kepuasan bagi akal, menenangkan hati, sesuai dengan fitrah kemanusiaan dan menjadi rahmat bagi seluruh alam. Di sinilah cahaya iman dan cahaya Alquran menyatu.

Keempat, ketika cahaya Alquran dan cahaya iman berkumpul, niscaya keduanya akan menerangi. Salah satu dari keduanya tidak akan ada jika tidak ada yang lain. Cahaya yang merupakan gambaran dari kebenaran yang memiliki bentuk berlapis-lapis. Ia diperkuat oleh lubang dinding yang tidak tembus, tabung kaca, pelita dan minyak, hingga tidak ada satu pun yang tidak memperkuat cahaya itu.

Jika manusia mengamalkan Alquran, akan bertambahlah cahaya hatinya. Cahaya ini akan senantiasa membekas pada lubang dinding, yakni jasad manusia, hingga sang jasad bisa memberi sinar bagi jalan yang dilaluinya dan orang selain dirinya.

Syekh Abdul Qadir al-Jailani mengatakan, ''Semua itu berawal sejak kau membersihkan cermin hati. Cahaya hakikat Ilahi akan menyinarinya jika kau menghendaki dan mencari-Nya, dari-Nya, bersama-Nya.'' (Republika)

Sirr Al-Asrar : Rahasia dari Segala Rahasia

Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam
Dan, menjelang fajar mereka mohon ampunan
Allah memandu kepada cahaya-Nya
Siapa yang Dia kehendaki

Demikian salah satu bait-bait syair yang terdapat dalam kitab Sirr al-Asrar wa Muzhhir al-Anwar fi ma Yahtaju Ilayhi al-Abrar (Rahasia dari Segala Rahasia Kehidupan) karya Syekh Abdul Qadir al-Jailani, seorang sufi terkemuka.

Kitab ini menjelaskan tentang dasar-dasar ajaran Islam, seperti shalat, puasa, zakat, dan haji, berdasarkan sudut pandang sufistik (tasawuf). Di dalamnya, terdapat 24 bab yang didasarkan pada 24 huruf dalam kalimat syahadat (Asyhadu an laa Ilaaha Illa Allah wa Asyahadu annaa Muhammad Rasulullah) dan 24 jam dalam sehari semalam.

Kitab yang ditulis Syekh Abdul Qadir al-Jailani (ada pula yang menulisnya dengan Al-Jilani) ini dianggap sebagai jembatan yang mengantarkan pada tiga karyanya yang terkenal, yaitu Al-Ghunyah li Thalibi Thariq al-Haqq (Bekal para Pencari Kebenaran), Al-Fath al-Rabbani wa al-Faydh al-Rahmani (Menyelami Samudra Hikmah), dan Futuh al-Ghayb (Penyingkapan Kegaiban).

Adapun metode pengajaran dan penyampaian yang digunakannya dalam kitab tersebut adalah metode bayani (penjelasan), yakni dengan menggunakan kata-kata yang tepat, ungkapan yang mudah, seimbang, dan jauh dari keruwetan.

Contohnya, ketika memberikan pengertian tentang iman, ia berkata, ''Kami yakin bahwa keimanan adalah pengucapan dengan lisan, pembenaran dengan hati, dan pelaksanaan dengan anggota badan. Bertambah dengan ketaatan, berkurang dengan kemaksiatan, menguat dengan ilmu, melemah dengan kebodohan, dan timbul karena adanya taufik.''

24 Rahasia

Sesuai dengan namanya, yaitu Sirr al-Asrar (Rahasia dari Segala Rahasia Kehidupan), setidaknya terdapat 24 macam rahasia yang diungkapkan Abdul Qadir al-Jailani dalam kitab ini.

Pertama, pembahasan ini dimulai dengan keberadaan manusia yang dilihat dari sudut pandang jiwa dan raga. Secara umum, manusia mempunyai ciri-ciri fisik yang hampir sama. Tapi, dari sisi jiwa, setiap orang berbeda-beda. Karena itu, perlu penjelasan yang lebih khusus, yakni sebuah kaidah tentang jalan menapaki satu tingkatan ke tingkatan lainnya, untuk mencapai alam ilmu, sebagai tingkatan tertinggi.

Ia mendasarkan hal tersebut pada sebuah hadis, ''Ada satu tingkatan yang di dalamnya semua dan segala sesuatu dihimpun, yaitu makrifat ilmu.'' Kemudian, ia memperkuat argumentasinya dengan beberapa hadis lain. ''Tafakur sesaat lebih utama daripada ibadah setahun.'' Atau, ''Sesaat tafakur lebih utama daripada ibadah seribu tahun.''

Kedua, ia mengatakan bahwa jalan pertama menuju kesempurnaan adalah tobat. Seperti disebutkan dalam Alquran, ''Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertobat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.'' (QS al-Baqarah [2]: 222).

Lalu, diperkuat dan diperjelas lagi dengan ayat lain. ''Kecuali orang-orang yang bertobat, beriman, dan mengerjakan amal saleh; Maka itu, kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.'' (QS al-Furqan [25]: 70).

Ketiga, tentang zakat dan sedekah. Syekh Abdul Qadir al-Jailani mengatakan bahwa segala sesuatu yang diberikan sebagai zakat, akan melalui tangan Allah sebelum sampai kepada kaum fakir. Karena itu, tujuan zakat tidak semata-mata untuk membantu kaum fakir, karena Allah Maha Mengetahui semua kebutuhan, termasuk kebutuhan kaum fakir.

Menurut Abdul Qadir, tujuan zakat sejatinya adalah agar niat seorang yang berzakat diterima oleh Allah. Ia mengutip firman Allah SWT, ''Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan, apa saja yang kamu nafkahkan. Maka, sesungguhnya Allah mengetahuinya.'' (QS Ali Imran [3]: 62).

Keempat, Syekh Abdul Qadir membagi puasa menjadi dua, puasa lahir dan puasa batin. Puasa lahir dibatasi oleh waktu, dengan menjauhi makan, minum, dan hubungan seks, dari fajar hingga tenggelam matahari. Sedangkan puasa batin dijalani selama-lamanya, selama hidup di dunia hingga kehidupan di akhirat, dengan menjaga semua indra dan pikiran dari segala yang diharamkan. Inilah puasa yang sejati.

Ia mengutip hadis, ''Bagi orang yang berpuasa, ada dua kegembiraan. Satu kegembiraan saat berbuka dan kegembiraan lainnya saat ia melihat Allah (makrifat).''

Syekh Abdul Qadir yang juga dijuluki sebagai 'Penghulu Para Auliya' ini mengupas tentang aspek lahir dan batin dari shalat dan ibadah haji. Memberi panduan zikir, wirid, dan berkhalwat. Menyingkap hakikat kebahagiaan, penderitaan, dan penyucian jiwa. Menganjurkan perang melawan hawa nafsu dan melihat hakikat Ilahi, hingga meraih maqam penyaksian (musyahadah).

Syekh Abdul Qadir al-Jailani telah menggambarkan secara lengkap tentang tasawuf yang memadukan antara ilmu syariat, yang didasarkaan pada Alquran dan sunah melalui penerapan praktis dengan keharusan untuk menghayati hakikat serta manfaat dari diterapkannya syariat.

Jadi, tasawuf yang dirumuskannya jauh dari paham-paham yang mengatakan bahwa setelah seseorang mencapai tingkat hakikat, sudah tidak dibutuhkan lagi syariat.

Dengan kata lain, kajian ini mengajak setiap Mukmin untuk berpindah dari iman yang baru sampai pada batasan rasio dan teori (iman aqli), kepada iman yang sudah sampai pada tahapan penghayatan dan pendalaman (iman dzauq). Dan, dari kesadaran hati akan perbuatan dan sifat-sifat Allah (maqam fana) kepada pemahaman rohani akan zat-Nya (maqam baqa').

Dengan demikian, seorang Mukmin akan meraih hakikat kelembutan, mencapai keikhlasan, dan menghampiri Sang Kekasih Yang Mahasuci. Inilah rahasia dari segala rahasia kehidupan, yang baru diketahui sebagian rahasianya oleh Barat, dengan terbitnya buku The Secret yang fenomenal itu.

Kalau tidak boleh dibilang terpengaruh, spiritualitas di Barat sebenarnya jauh tertinggal dengan spiritualitas di dunia Islam, karena kitab Sirr al-Asrar dikarang jauh sebelum Barat mengungkapnya. (Republika)

Al-Marzuqy : Pujangga Sekaligus Pujangga

Al-Marzuqy atau yang lebih dikenal dengan nama Abu Al-Fauzy adalah seorang pujangga yang hidup di tahun 1281 H/1864 M. sehari-harinya, Al-Marzuqy adalah seorang tenaga pengajar (al-Mudarris) dan juga Mufti di Makkah. (Gambar : Peta Mesir Kuno)

Nama lengkap adalah Syekh Ahmad bin Muhammad bin Sayid Ramadhan Mansyur bin Sayid Muhammad al-Marzuqi Al-Hasani. Lahir di Mesir pada tahun 1205 H. Karena kecerdasan dan penguasaannya di bidang keilmuan, Marzuqy diangkat sebagai Mufti madzhab Maliki di Makkah menggantikan saudaranya ketika saudaranya Sayid Muhammad wafat (1261 H). Di masjid Makkah al-Mukaramah, Marzuqi mengajar Al-Qur'an, Tafsir dan ilmu-ilmu Syariah. Diantara guru-gurunya adalah Syekh al-Kabir Sayid Ibrahim al-'Ubaidi yang pada masanya adalah sosok yang konsentrasi di bidang Qiraaah al-Asyrah (Qiraah 10). Dan diantara murid-muridnya adalah Syekh Ahmad Dahman (1260-1345 H), Sayid Ahmad Zaini Dahlan (1232-1304 H), Syekh Thahir al-Takruni, dan lainnya.

Al-Marzuqy dikenal sebagai penulis kitab 'Aqidah Al-Awwam' yang berisi sebanyak 57 bait syair. Ia begitu lincah dalam menuliskan qolam-nya (pena), terutama menyangkut puji-pujian kepada Allah dan Rasulullah SAW. Dan salah satu karyanya yang terkenal adalah 'Aqidah Al-Awwam, yaitu Aqidah untuk orang-orang awam. Begitu pentingnya pelajaran yang bisa diambil dari 'Aqidah Al-Awwam ini, Syekh Nawawi Al-Syafi'i juga turut memberikan syarah 'Aqidah Al-Awwam' ini dengan nama Nur Al-Zholam (Cahaya dalam Kegelapan).

Sebuah Syair dari Rasulullah
Ada kisah menarik dibalik penulisan nazam 'Aqidah Al-Awwam ini. Dalam syarah Nur Dholam disebutkan, pada suatu malam yang sudah larut, tepatnya pada tanggal 6 Rajab 1258 H, Marzuqy bermimpi bertemu dengan Rasulullah SAW yang disampingnya berjejer para sahabat-sahabat Nabi SAW. Marzuqy menceritakan, dalam mimpi itu, Rasulullah SAW menyuruhnya untuk membacakan Manzhumah at-Tawhid (yaitu syair Aqidah al-Awwam).

''Bacalah, Manzhumah At-Tawhid yang akan menjamin surga dan tercapai maksud baiknya bagi yang menghafalnya.''
Marzuqy pun bertanya : Nazam apa gerangan Ya Rasulullah?'' Nabi kemudian membacakan nazam tersebut. ''Abda'u Bismillahi warrahmani hingga kalimat wa Shuhuf al-Khalil wa al-Kalimi fiha Kalam al-Hakam al-Alimi. Marzuqy pun lantas menirukannya.

Dan ketika terbangun dari tidurnya, Marzuqy mencoba Mengingat dan membaca nazam tersebut. Dan atas kehendak Allah, nazam itu mampu dihafal Marzuqy dengan baik. Ia pun kemudian mencatat nazam tersebut hingga bisa dinikmati oleh umat Islam di seluruh dunia hingga kini.

Karya Marzuqy ini, menjadi catatan penting dalam hidupnya. Sebab, beberapa bulan setalah peristiwa itu, Ia kemudian bermimpi berjumpa kembali dengan Rasulullah SAW. Tepatnya malam Jumat menjelang subuh, tanggal 28 Dzulqa'dah. Pada pertemuannya kali ini, Rasulullah SAW memintanya kembali untuk membacakan nazam Aqidah Al-Awwam tersebut. ''Bacalah apa yang telah kau hafal,'' kata Rasul.

arzuqy kemudian membacakannya dari awal hingga akhir. Dan setiap kali Marzuqy selesai membaca satu bait nazam tersebut, para sahabat Nabi selalu mengitari (berputar mengelilingi) Marzuqy dan meng-amini-nya. Setelah selesai, Rasulullah SAW pun berdoa untuknya.

Semula, nazam Aqidah Al-Awwam ini berjumlah 26 bait, sebagaimana yang didapatkannya dalam mimpi. Kemudian, ia menambahkannya lagi sebanyak 31 bait, sehingga menjadi 57 bait. Nazam tambahan tersebut dimulai dari Wa Kullu ma Ata bihi Al-Rasul. Menurut beberapa riwayat, penambahan yang dilakukan Marzuqy dalam nazam Manzhumah At-Tawhid tersebut dikarenakan rasa cinta dan rindunya kepada Rasulullah SAW.

Beberapa karya Marzuqy antara lain 'Aqidah al-Awwam, Tahsil nail al-maram li Bayan Manzumah Aqidatul Awam (1326 H), Bulugh al-Maram li Bayan Alfadz Maulid Sayid al-Anam Fi Syarh Maulid Ahmad Al-Bukhari (1282 H), Bayan Al-Ashli fi Lafdz bi Afdzal, Tashil al-Adhan Ala Matan Taqwim al-Lisan fi Al-Nahwi li al-Khawarizmi al-Baqali, Al-Fawaid al-Marzuqiyah al-Zurmiyah, Mandzumah fi Qawaid al-Sharfi wa al-Nahwi dan Matan Nazam fi Ilm al-Falak. Wa Allahu A'lam.


Aqidah Al-Awwam: Pelajaran Tauhid Bagi Pemlula

Kitab ini mengajarkan kepada setiap muslim untuk lebih mengenal tentang Rabb-nya, sebagaimana manusia mengenal dirinya sendiri.

Di dunia pesantren, khususnya salafiyah, kitab kuning merupakan rujukan bagi sejumlah santri dan kyai untuk menjawab berbagai persoalan kemasyarakatan dalam kehidupan sehari-hari. Hampir tiada hari bagi seorang santri, tanpa bersentuhan dengan kitab kuning. Kitab kuning adalah sebuah buku yang ditulis para ulama Salafiyah (mutaqaddimin; terdahulu), tentang persoalan kehidupan sehari-hari. Umumnya, kitab kuning itu membahas tentang masalah fiqih (shalat, puasa, zakat dan haji), hadits, tasawuf, tata bahasa arab (nahwu, sharaf, balaghah, mantiq), tafsir, aqidah (Tauhid) dan lainnya.

Dinamakan kitab kuning, karena kertasnya berwarna agak merah kekuning-kuningan. Kitab ini ditulis dalam bahasa arab tanpa harakat (baris). Karena itu, di kalangan santri, kitab kuning disebut juga kitab gundul (tanpa harakat).

Dalam bidang aqidah, banyak dibahas tentang keimanan dan hubungan seorang Abid (yang menyembah; hamba) dengan Ma'bud (Yang disembah; Allah), keimanan kepada Rasul-rasul Allah, Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Qadla dan Qadar serta Hari Kiamat. Dan salah satu kitab kuning yang membahas tentang aqidah ini adalah 'Aqidah Al-Awwam karya Sayyid Ahmad Al-Marzuki Al-Maliki, yang ditulis pada tahun 1258 H.

Sesuai dengan namanya 'Aqidah Al-Awwam, yang berarti aqidah untuk orang-orang awam, kitab ini diperuntukkan bagi umat Islam dalam mengenal ke-tauhid-an, khususnya tingkat permulaan (dasar). Karena itu, isi dari kitab ini sangat perlu dan penting untuk diketahui setiap umat Islam. Terlebih bagi mereka yang baru pertama mengenal Islam. 'Aqidah Al-Awwam ini ditulis dalam bentuk syair (nazham). Didalamnya terdapat sekitar 57 bait syair yang berisi pengetahuan yang harus diketahui setiap pribadi muslim.

Nazham 'Aqidah Al-Awwam ini berisi tentang sifat-sifat wajib dan mustahil bagi Allah, sifat wajib dan mustahil bagi Rasul, nama-nama Nabi dan Rasul, nama-nama Malaikat dan tugas-tugasnya. Selain itu, didalamnya juga dibahas tentang pentingnya mengenal nama-nama keluarga dan keturunan Nabi Muhammad SAW dan perjalanan hidup beliau dalam membawa ajaran Islam. Di sebagian masyarakat, materi dari nazam 'Aqidah Al-Awwam ini dikenal dengan sebutan sifat 20.

Begitu pentingnya kitab ini, Syekh Nawawi Al-Syafi'i, kemudian memberikan syarah (keterangan dan penjelasan) tentang 'Aqidah Al-Awwam ini dalam kitabnya Nur Al-Zholam (penerang atau cahaya dalam kegelapan), mengenai kandungan dari nazham tersebut. Syarah Nur al-Zholam ini ditulis Syekh Nawawi sekitar tahun 1277 H.

Nazham dari 'Aqidah al-Awwam ini dimulai dari kalimat : Abda'u bismi Allah wa Al-Rahman wa bi al-Rahimi da'im al-Ihsani (saya memulai dengan nama Allah yang Pengasih dan yang senantiasa memberikan kasih sayang tanpa pernah putus asa). Kemudian diakhiri dengan kalimat wa Shuhuf al-Khalil wa al-Kalimi fi ha Kalam al-Hakam al-Alimi (Dan shuhuf/nabi Khalil (Ibrahim) dan Al-Kalim (Musa)).

Kitab ini terdiri dari beberapa bab (pasal). Bab pertama membahas tentang Sifat-sifat yang wajib dimiliki Allah, sifat jaiz (boleh) dan mustahil bagi Allah. Jumlahnya ada 41 sifat yang terdiri atas 20 sifat wajib, 20 sifat mustahil dan satu sifat jaiz bagi Allah.

Karena itu, menurut pengarang kitab ini, wajib hukumnya bagi orang mukallaf (orang yang terbebani hukum syariat) untuk mengetahui sifat-sifat Allah tersebut. Ke-20 sifat wajib bagi Allah adalah : wujud (ada; (QS Thaha:14, Al- Rum:8, Al-Hadid:3), qodim (terdahulu), baqa' (kekal; QS Ar Rohman: 26-27 dan Al-Qashas : 4), Mukhalafatuhu li al-Hawaditsi (berbeda dengan makhluk ciptaan-Nya; (QS As Syuro;11, Al-Ikhlas:4), Qiyamuhu bi Nafsihi (berdiri sendiri; QS Thoha:111, Al-Faathir:15 dan Al-Ankabut:6), Wahdaniyah (Maha Esa; QS Al-Ikhlash:1-4, Az Zumar:4), Qudrah (Maha Berkuasa; QS An-Nur:45, Al-Faathir:44), Iradah (Maha Berkehendak; QS An-Nahl;40, Al-Qashash:68), 'Ilmu (Maha Mengetahui; QS.Ali Imran:26, Asy-Syuura:94-50, Al-Mujadalah:7), Hayyu (Maha Hidup; QS Al-Furqon:58, Al-Mu'min:65, Thaha:111), Sama' (Maha Mendengar; (QS.Al-Mujadalah:1, Thaha:43-46)), Bashar (Maha Melihat; (QS Al-Mujadalah:1, Thaha : 43-46), Kalam (Maha Berbicara; QS. An Nisa:164, Al-A'raaf:143). Kemudian Qodirun (Berkuasa), Muridun (Berkendak), 'Aliman (Mengetahui, Berilmu), Hayyan (Hidup), Sami'an (Mendengar), Bashiran (Melihat), Mutakalliman (Berbicara).

Ke-20 sifat tersebut terbagi lagi menjadi 4 bagian, yaitu Nafsiyah (jiwa, sifat wujud), salbiyah (meniadakan: Qidam, Baqa', Mukholafatuhu Lilhawaditsi, Qiyamuhu binafsihi dan Wahdaniyah), Ma'any (karena sifat ini menetapkan pada Allah makna Wujudnya yang menetap pada Zat-nya yang sesuai dengan kesempurnaannya. Sifat Ma'ani ini ada tujuh yaitu sifat berkuasa, berkehendak, berilmu, hidup, mendengar, melihat dan berbicara. Sedangkan yang terakhir adalah sifat Ma'nawiyah, yang bernisbat pada sifat ma'ani yang merupakan cabang dari sifat ma'nawiyah. Disebut ma'nawiyah karena sifat itu menetap pada sifat ma'ani, yaitu bahwa Allah Maha berkuasa, berkehendak, berilmu, hidup, mendengar, melihat, dan berbicara.

Sementara itu, lawan dari sifat wajib adalah mustahil. Ke-20 sifat mustahil bagi Allah itu adalah 'Adam (tidak ada); Hudust (baru); Fana (rusak); Mumatsilah lilhawaditsi (sama dengan makhluknya); A'damu Qiyamuhu binafsihi (tidak berdiri sendiri); Ta'dud (berbilang); A'juzn (dlaif; lemah); Karahah (terpaksa); Jahlun (bodoh); Mautun (mati); Shomamun (tuli); 'Umyun (buta); Bukmun (bisu); Kaunuhu A'jizan (Dzat yang lemah); Kaunuhu Kaarihan (Dzat yang terpaksa); Kaunuhu Jaahilan (Dzat yang bodoh); Kaunuhu Mayyitan (Dzat yang mati); Kaunuhu Ashomma (Dzat yang tuli); Kaunuhu A'maa (Dzat yang buta); Kaunuhu Abkamu (Dzat yang bisu).

Sedangkan sifat Jaiz (boleh) bagi Allah Ta'ala adalah sesuatu yang akan diciptakan tergantung pada Allah, apakah akan diciptakan atau tidak. Pengarang Nadhom (Al-Marzuky) berkata : Dengan karunia dan keadilanNya, Allah memiliki sifat boleh (wenang) yaitu boleh mengerjakan sesuatu atau meninggalkannya. Keterangan ini berdasarkan firman Allah: "Dan Tuhanmu menetapkan apa yang Dia kehendakidan memilihnya, tidak ada pilihan bagi mereka" (QS Al-Qashash:68 dan Al-Baqarah:284).

Pasal kedua kitab ini membahas tentang sifat-sifat yang dimiliki oleh Nabi dan Rasul serta jumlah Nabi dan Rasul. Adapun sifat itu adalah sifat wajib, mustahil dan boleh (jaiz). Sifat wajib itu adalah Fathonah (cerdas) lawannya adalah baladah (bodoh), Siddiq (jujur) lawannya Kidzib (bohong), Tabligh (menyampaikan risalah atau wahyu) lawannya adalah Kitman (menyembunyikan atau menyimpan) dan Amanah (dapat dipercaya) lawannya Khianat (tidak dapat dipercaya).

Dan sifat Jaiz pada haknya para Nabi dan Rasul adalah adanya sifat-sifat (yang bisa terjadi) pada manusia yanag tidak menyebabkan terjadinya pengurangan pada martabat (kedudukan) mereka (Nabi dan Rasul) yang tinggi.

Dari keterangan ini, maka lengkaplah aqidah yang perlu diketahui setiap orang Islam tentang sifat-sifat Allah dan Rasul-rasulnya yang berjumlah 50 sifat, yaitu sifat Wajib bagi Allah (20), mutahil (20), Wajib bagi Rasul (4), sifat mustahil bagik rasul (4) dan sifat Jaiz bagi Allah dan Rasul (masing-masing 1 sifat).

Nabi dan Rasul
Sementara itu, mengenai jumlah Nabi dan Rasul, Alquran tidak pernah menyebutkannya. Hanya saja, yang wajib diketahui berjumlah 25 orang. Mereka adalah Nabi Adam, Idris, Nuh, Hud, Sholeh, Ibrahim, Luth, Ismail, Ishaq, Ya'qub, Yusuf, Ayyub, Syuaib, Harun, Musa, Ilyasa', Dzulkifli, Dawud, Sulaiman, Ilyas, Yunus, Zakaria, Yahya, Isa dan Toha (Muhammad SAW). Para nabi dan rasul ini didalam Alquran disebutkan sebanyak 18 Rasul dalam surah Al-An'am, dan tujuh Rasul lainnya pada berbagai ayat pada surah-surah lainnya.

Para ulama berselisih pendapat mengenai jumlah Nabi dan Rasul. Ada yang menyebutkan jumlah Nabi mencapai 124 ribu orang sedangkan jumlah Rasul sebanyak 313 orang, sebagaiman yang di riwayatkan oleh Ibnu Mardawiyah dari Abu Dzar ra. Lihat Ibnu Katsir i/585 ).

Sementara itu, Syaikh Al-Bajuri berpendapat jumlah Nabi dan rasul itu tidak terbatas. ''Pendapat yang shahih (benar) mengenai para Nabi dan Rasul adalah tidak membatasi jumlah dengan hitungan tertentu. Karena hal itu bisa menetapkan kenabian pada seorang yang realitasnya bukan Nabi atau sebaliknya menabikan kenabian pada seorang padahal realitasnya dia benar-benar Nabi.''

keterangan Bajuri ini, kata pengarang Kitab ini bersumber pada Al-Quran surah An-Nisa ayat 164. ''Dan (Kami telah mengutus) Rasul-rasul yang sungguh telah Kami kisahkan tentang mereka kepadamu dahulu dan para Rasul yang tidak Kami kisahkan tentang mereka kepadamu.''

Sementara itu, mengenai Malaikat Allah jumlahnya sangat banyak. Hanya saja, menurut Al-Marzuqy, mereka yang wajib diketahui berjumlah 10 orang, yakni Jibril (menyampaikan wahyu), Mikail (menurunkan hujan), Isrofil (meniup terompet), Izrail (pencabut nyawa), Munkar dan Nakir (bertanya kepada manusia yang telah meninggal di alam kubur), Rakib dan Atid (pencatat amal baik dan buruk manusia), Ridwan (penjaga Surga) dan Malik (penjaga neraka).

"Mereka tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkanNya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan."(QS. At Tahrim : 6). Dan diantara mereka terdapat malaikat yang bertugas sebagai juru tulis (Al-Katabah), penjaga (Al-Hafadlotu), penjaga Arsy, pembaca tasbih (AI-Musabbihun), memintakan ampunan orang-orang mukmin (Al-Mustaghfirur li Al-Mu'minin), senantiasa sujud (As-saajidun), mengatur barisan (Ash-shoofun), yang mengatur peredaran siang dan malam hari, pemberi rahmat, malaikat yang berjalan mencari majelis dzikir dan lain sebagainya.

Dalam syarah Nur Al-Zholam disebutkan, kitab 'Aqidah Al-Awwam sangat penting untuk dipelajari dan diketahui oleh setiap orang mukallaf. Dengan mengenal sifat-sifat Allah, dia akan mengenal dirinya sendiri, begitu juga sebaliknya. ''Man 'Arafa nafsah, faqad 'arafa Rabbah,'' (Barangsiapa yang mengenal dirinya, maka dia akan mengenal Tuhan-Nya). Dengan mengenal Tuhan-Nya, maka dia akan senantiasa untuk taat dalam menjalankan perintah Allah, dan menjauhi segala larangan-Nya. Wa Allahu A'lamu. (sya)

Ali Penganut Sufi

Dengan sikap yang tegar, kuat, dan penuh percaya diri, ternyata Muhammad Ali merupakan seorang penganut tasawuf (sufi) yang sangat baik. Putri Muhammad Ali yang bernama Hanna Yasmeen Ali, buah perkawinannya dengan Veronica Porche Ali, dalam sebuah wawancara dengan Beliefnet, mengungkapkan kehidupan dan spiritualitas Muhammad Ali.

Hanna mengatakan, ayahnya adalah orang yang sangat taat dalam menjalankan perintah agama. Bahkan, ia tak segan-segan untuk bersikap keras dan tegas terhadap anggota keluarganya yang tidak mau menjalankan perintah Allah. Sikap ini dibuktikan Ali dengan menceraikan istrinya yang pertama, Sonji Roi, pada tahun 1966. Karena, menurut Ali, istrinya tersebut tidak menunjukkan sikap sebagai seorang Muslim.

Hanna menambahkan, ayahnya tidak pernah meninggalkan shalat lima waktu. ''Sesibuk apa pun, ayah akan senantiasa mengerjakan shalat lima waktu,'' ujar Hanna.Bahkan, Ali juga senantiasa berupaya melaksanakan shalat fardhu secara berjamaah di masjid. ''Walaupun jaraknya membutuhkan waktu hingga 20 menit perjalanan, ayah akan selalu berupaya pergi ke masjid. Namun, ketika penyakit parkinson menghinggapi, ayah memang sekarang jarang ke masjid,'' jelas Hanna.

Hanna menambahkan, ayahnya juga seorang penganut sufi yang taat. Ali punya koleksi buku tasawuf karya Hazrat Inayat Khan, seorang guru sufi. ''Spiritualitas ayah saya sangat tinggi. Dari sikapnya yang sangat religius itu, ia praktikkan dalam kehidupan sehari-hari, menyayangi sesama, melakukan kegiatan sosial, dan mendorong banyak orang untuk senantiasa rajin mendekatkan diri kepada Tuhan,'' terangnya.

Ketika terjadi peristiwa 11 September 2001 akibat serangan teroris terhadap dua menara kembar World Trade Center (WTC) hingga memunculkan tuduhan terhadap Islam sebagai agama teroris, Ali pun tampil ke publik dan menyatakan bahwa perbuatan tersebut adalah perbuatan oknum dan bukan Islam. Ia menyatakan, aksi tersebut merupakan perbuatan orang-orang yang keliru dalam memahami Islam secara benar. ''Islam adalah agama yang damai dan cinta akan kedamaian,'' terangnya. (sya)


Biodata :


Nama : Muhammad Ali
Nama sebelumnya : Cassius Marcellus Clay Junior (Jr)
Lahir : 17 Januari 1942 di Louisville, Kentucky, Amerika Serikat
Ayah : Cassius Marcellus Clay Senior (Sr)
Ibu : Odessa Grady Clay
Istri : Sonji Roi (cerai 1966), Belinda Boyd (cerai 1977), dan Veronica Porsche Anderson
Anak : Jamilah, Rashed, Muhammad Ali Jr (dari istri kedua), serta Hanna Yasmeen Ali dan Laila Ali (dari istri ketiga)

Muhammad Ali : Bersyahadat Diatas Ring

Bagi penggemar tinju dunia, tentu tak asing dengan nama Muhammad Ali, mantan juara dunia kelas berat tiga kali. Di masanya, Ali terkenal sebagai seorang petinju yang sangat ditakuti oleh lawan-lawannya. Dan, ia pun dijuluki sebagai The Greatest (terbesar).

Sebab, dia mampu menaklukkan petinju-petinju terbesar di zamannya, seperti George Foreman, Sony Liston, Joe Frazier, dan lainnya. Bahkan, pertarungannya melawan Foreman serta Joe Frazier menjadi pertarungan terbaik sepanjang abad ke-20. Dan, Ali pun juga dinobatkan sebagai seorang petinju terbesar di abad 20.

Nama sebagai 'Yang Terbesar' ini disematkan padanya sejak ia mengalahkan para petinju yang juga memiliki nama besar. Karena kemampuannya mengalahkan para petinju itu, ia pun menggunakan nama 'Yang Terbesar' (The Greatest) tersebut.

Ali juga dikenal sebagai petinju terbaik pada masanya. Ia pernah menjadi sebuah mesin pemukul yang sangat hebat hingga menimbulkan rasa takut pada lawannya. Sebelum berganti nama menjadi Muhammad Ali, ia bernama Cassius Marcellus Clay Junior. Hingga kini, namanya dianggap sebagai petinju terbaik yang pernah dimiliki publik Amerika Serikat dan orang kulit hitam.

Kesuksesannya merebut gelar juara dunia menempatkannya pada deretan atlet terbesar abad ke-20. Bahkan, gelar itu mengubah status pandangan masyarakat terhadap orang dan atlet kulit hitam. Keberhasilannya itu pun yang akhirnya mengangkat martabat para atlet kulit hitam ke tempat yang tinggi dengan penghormatan dan penerimaan yang baik dari masyarakat kulit putih dan hitam.

Ali dilahirkan pada 17 Januari 1942 di Louisville, Kentucky, Amerika Serikat. Daerah yang dikenal dengan ayam goreng khasnya ini juga terkenal dengan perbedaan etnis yang kental. Ayahnya, Cassius Marcellus Clay Sr, adalah pelukis papan nama dan reklame. Ibunya, Odessa Grady Clay, seorang pembantu rumah tangga.

Sejak kecil, Clay sudah merasakan perbedaan perlakuan karena warna kulitnya yang cokelat. Barangkali, hal inilah yang kemudian mendorongnya untuk belajar tinju agar bisa membalas perlakuan jahat teman-temannya yang berkulit putih. Ketika belum genap berusia 20 tahun, ia sudah memenangkan pertandingan kelas berat di Olimpiade Roma tahun 1960.

Pada usia 22 tahun, ia merasa dilahirkan kembali ke dunia. Sebab, saat itulah, ia berganti nama dari Cassius Marcellus Clay Junior menjadi Muhammad Ali. Nama ini merupakan pemberian seorang tokoh Muslim dari Nation of Islam (NOI), Elijah Muhammad, tahun 1964.

Ketika itu, Elijah membuat sebuah pernyataan umum dalam suatu siaran radio dari Chicago, ''Nama Clay ini tidak menyiratkan arti ketuhanan. Saya harap dia akan menerima dipanggil dengan nama yang lebih baik. Muhammad Ali, nama yang akan saya berikan kepadanya selama dia beriman kepada Allah dan mengikuti saya.''

Selama tiga tahun sebelum pertarungannya untuk memperebutkan gelar juara dunia kelas berat dengan Sonny Liston, Clay telah menghadiri pertemuan-pertemuan yang diadakan oleh NOI. Kehadiran Ali diberitakan oleh koran Daily Nezus di Philadelphia pada September 1963. Pada Januari 1964, dia membuat sensasi besar dengan berbicara di sebuah rapat Muslim di New York.

Beberapa minggu kemudian, ayahnya mengatakan bahwa Clay telah bergabung dengan NOI. Kendati demikian, Clay belum memberikan pernyataan publik tentang keikutsertaannya dalam NOI. Tetapi, dia sibuk mempelajari Islam di bawah bimbingan Kapten Sam Saxon (sekarang Abdul Rahman) yang dijumpai Clay di Miami pada 1961.

Clay juga merenungkan ajaran-ajaran Elijah Muhammad dan membaca surat kabar yang diterbitkan NOI. Di samping itu, ia juga mencari bimbingan dan saran dari Malcolm X--tokoh NOI lainnya--yang dijumpainya di Detroit pada awal 1962.

Sebelum pertandingan Clay melawan Liston, Malcolm mengunjungi Clay sebagai pribadi, bukan sebagai wakil Elijah. Malcolm menganggap Clay sebagai adiknya dan menasihati dia. Nasihat Malcolm ini justru menjadi pemicu semangatnya untuk bertekad mengungguli Liston.

Walaupun merasa sangat takut menghadapi Liston, akhirnya Clay menang dalam pertandingan. Pertandingan tersebut berakhir sebelum bel ronde ketujuh berbunyi. Dengan kemenangan tersebut, dunia memiliki seorang juara baru di arena tinju.

Agama rasional

Kemenangan tersebut diyakininya merupakan 'waktu Allah'. Di antara tepuk riuh para pendukung dan kilatan-kilatan lampu kamera, Clay berdiri di depan jutaan penonton yang mengelilingi ring dan kamera TV. Ia mengucapkan dua kalimat syahadat dan mengumumkan pergantian namanya menjadi Muhammad Ali Clay. ''Aku meyakini bahwa aku sedang berada di depan sebuah kebenaran yang tak mungkin berasal dari manusia,'' ujarnya.

Ali mengungkapkan, kepindahannya ke agama Islam adalah hal yang wajar dan selaras dengan fitrah yang Allah ciptakan untuk manusia. Ia meyakini bahwa Islam membawa kebahagiaan untuk semua orang. Menurutnya, Islam tidak membeda-bedakan warna kulit, etnis, dan ras. ''Semuanya sama di hadapan Allah SWT. Yang paling utama di sisi Tuhan mereka adalah yang paling bertakwa.''

Ia membandingkan ajaran Trinitas dengan ajaran Tauhid dalam Islam. Menurutnya, Islam lebih rasional. Karena, tidak mungkin tiga Tuhan mengatur satu alam dengan rapi seperti ini. Hal tersebut dinilainya sebagai suatu hal yang mustahil terjadi dan tidak akan memuaskan orang yang berakal dan mau berpikir.

Keyakinannya terhadap Islam makin bertambah manakala Ali membaca terjemahan Alquran. ''Aku bertambah yakin bahwa Islam adalah agama yang hak, yang tidak mungkin dibuat oleh manusia. Aku mencoba bergabung dengan komunitas Muslim dan aku mendapati mereka dengan perangai yang baik, toleransi, dan saling membimbing. Hal ini tidak aku dapatkan selama bergaul dengan orang-orang Nasrani yang hanya melihat warna kulitku dan bukan kepribadianku,'' paparnya.

Sejak saat itu, ia membelanjakan uangnya beberapa ratus ribu dolar untuk buku-buku dan pamflet-pamflet Islami supaya dapat memperkenalkan agama barunya. Dia percaya bahwa bukan hanya kaum Muslim, tetapi juga orang Kristen dan Yahudi yang takut pada Tuhan akan masuk surga.

Ketika para dokter di AS memvonisnya dengan penyakit Sindroma Parkinson, Ali mengatakan bahwa dia telah mendapatkan hidup yang baik sebelumnya dan sekarang. Dia tidak membutuhkan simpati dan belas kasihan. Dia hanya ingin menerima kehendak Allah SWT. Penyakitnya ini, menurut dia, merupakan cara Allah SWT merendahkannya untuk mengingatkannya pada kenyataan bahwa tak ada seorang pun yang lebih hebat dari Allah.

Perjuangan Ali yang utama sekarang adalah mencoba menyenangkan Allah dalam segala hal yang diperbuatnya. Menguasai dunia tidak membawanya kepada kebahagiaan yang sejati. Kebahagiaan sejati, katanya, hanya didapatkan dengan menyembah Allah. Kini, dia termasuk orang-orang yang giat berdakwah di Amerika dan aktif mengampanyekan solidaritas dan persamaan hak. (dia/sya/berbagai sumber)

Hujan Sumber Berkah

Kota Makkah secara geografis dan topografi terletak di daerah lembah yang cekung. Menurut SGS (Saudi Geological Survey), luas cekungan ini hanya seluas 60 kilometer persegi (km2). Tentu saja, jumlah ini tidak terlalu luas sebagai sebuah cekungan penadah hujan.

Sementara itu, posisi Kabah juga berada di lembah. Apabila dilihat dari Jabal Tsur yang berada pada ketinggian 300 meter dari permukaan laut (dpl), maka posisi Kabah tampak jelas berada di lembah yang paling rendah. Dan posisi sumur zamzam jauh berada dibawahnya.

Dengan luas area resapan air yang hanya sekitar 60 km2, tentunya sangat kecil untuk mampu menapung air hujan yang sangat langka terjadi di Makkah. Konon, hujan turun hanya sekali dalam setahun. Karena itu, hujan yang terjadi di kawasan ini akan menjadi berkah bagi masyarakat setempat. Pemerintah Arab Saudi pun berusaha untuk selalu menjaga dan merawat sumur zamzam yang dikenal sebagai sumur tertua di dunia ini.

Sebelum pemeliharaan sumur zamzam seperti sekarang ini, dahulu kala untuk mengambil air zamzam harus menggunakan timba. Tahun 1020 H, atas perintah Sultan Ahmad Khan, sumur zamzam dibangun mencapai kedalaman satu meter serta diberi terali besi untuk melindunginya. Sehingga masyarakat yang ingin mengambil air zamzam harus menggunakan timba.

Ratusan tahun berselang, dan semakin banyaknya keperluan pada air zamzam, pada tahun 1373 H/1953 M lalu dibangun pompa air. Pompa ini menyalurkan air dari sumur zamzam ke bak penampungan air, dan diantaranya juga ke keran-keran yang ada di sekitar sumur zamzam.

Selanjutnya, pemerintah Arab Saudi terus berusaha mengembangkan pelestarian sumur zamzam ini. Tahun 1415 H/1994 M, pemerintah Arab Saudi membentuk badan khusus yang bertugas mengawasi pemeliharaan sumur zamzam. Saat ini telah dibuat saluran untuk menyalurkan air zamzam ke tangki penampungan yang berkapasitas 15 ribu meter kubik (m3), dan disambungkan ke tangki lain di bagian atas Masjidil Haram guna melayani para pejalan kaki dan musafir. Selain itu air zamzam juga diangkut ke tempat-tempat lain menggunakan truk tangki diantaranya ke Masjidil Nabawi di Madinah Al-Munawarrah.

Saat ini sumur zamzam dilengkapi juga dengan pompa listrik yang tertanam dibawah (electric submersible pump). Kini, warga yang ingin bisa menyaksikan pompa-pompa itu melalui berbagai foto-foto dokumentasi badan Khusus Pemeliharaan Sumur Zamzam.

Dimensi dan Profil Sumur Zamzam

Menurut kajian ilmiah dalam bidang ilmu hidrogeologi, sumur zamzam hanyalah sumur gali biasa (Dug Water Well). Tidak ada yang istimewa dibandingkan sumur gali lainnya. Namun demikian, sumur zamzam memiliki makna religi yang patut untuk dijaga kelestariannya. Sebab sumur zamzam adalah salah satu peradaban Islam yang harus dilestarikan. Apalagi, banyak hadis Nabi SAW yang menyatakan keutamaan dari air zamzam.

Sumur zamzam memiliki kedalaman sekitar 30,5 meter. Dari permukaan hingga kedalaman 13,5 meter, sumur zamzam menembus lapisan Alluvium Wadi Ibrahim. Lapisan ini merupakan lapisan pasir yang berpori. Lapisan ini berisi batu pasir hasil distirbusi dari lain tempat. Mungkin saja dahulu ada lembah yang dialiri sungai yang saat ini sudah kering. Atau dapat pula merupakan dataran rendah hasil runtuhan atau penumpukan hasil pelapukan batuan yang lebih tinggi topografinya.

Kemudian, dibawah lapisan Alluvial Wadi Ibrahim ini terdapat setengah meter (50 cm) lapisan yang sangat lulus air (permeable). Lapisan inilah yang merupakan tempat utama keluarnya air-air di sumur zamzam.

Dan dari lapisan permeable hingga kedalaman 17 meter kebawah, sumur ini menembus lapisan batuan keras yang berupa batuan beku Diorit. Batuan beku jenis Diorit sangat jarang ditemui di Indonesia atau di Jawa, namun banyak dijumpai di Jazirah Arab. Pada bagian atas batuan ini dijumpai rekahan-rekahan yang juga memiliki kandungan air. ''Dulu ada yang menduga retakan ini menuju laut Merah. Namun tidak ada laporan geologi yang menunjukkan hal itu. Atau barangkali saya yang belum menemukan,'' ungkap Rovicky Dwi Putrohari, Anggota Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI).

Dulunya, diatas sumur zamzam ini terdapat sebuah bangunan berukuran 8,3 meter kali 10,7 meter atau seluas 88,8 m2. Lalu pada tahun 1381-1388 H bangunan tersebut ditiadakan untuk memperluas tempat Thawaf jamaah haji. Sehingga tempat untuk meminum air zamzam dipindahkan ke ruang bawah tanah.

Dibawah tanah ini disediakan tempat minum air zamzam sebanyak 350 keran air, terdiri atas 220 keran untuk laki-laki dan 130 keran untuk perempuan). Dan ruang masuk antara laki-laki dan perempuan juga dipisahkan. Namun, saat ini tempat masuk ke ruang bawah tanah ini sudah ditutup. Sehingga ruang untuk melakukan ibadah Thawaf menjadi lebih luas. Bagi umat Islam yang teliti, pada saat Thawaf masih dapat dijumpai sebuah tanda tempat sumur zamzam berada. Sumur itu terletak kira-kira 20 meter sebelah timur Kabah.

Keajaiban Zamzam

Terlepas dari riwayat mana yang benar, yang pasti air atau sumur zamzam itu menyimpan rahasia yang luar biasa. Diantaranya dipercaya bisa untuk menyembuhkan penyakit, sebagaimana hadis yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas RA. Rasulullah SAW bersabda, ''Sebaik-baik air di muka bumi ialah air zamzam. Air zamzam merupakan makanan yang mengenyangkan dan penawar bagi penyakit.'' (HR dari Ibnu Abbas)

Tidak seperti air mineral pada umumnya, air zamzam mengandung elemen-elemen alamiah sebesar 2000 miligram (mg) per liter. Biasanya air mineral alamiah (hard carbonated water) tidak akan lebih dari 260 mg per liter. Elemen-elemen kimiawi yang terkandung dalam air zamzam meliputi positive ions seperti sodium (250 mg per liter), kalsium (200 mg per liter), potassium (20 mg per liter), dan magnesium (50 mg per liter), dan negative ions seperti sulfur (372 mg per liter), bicarbonates (366 mg per liter), nitrat (273 mg per liter), fosfat (0.25 mg per liter) dan ammonia (6 mg per liter).

Kandungan-kandungan elemen-elemen kimiawi inilah yang menjadikan rasa dari air zamzam sangat khas dan dipercaya dapat memberikan khasiat khusus.

Satu hal yang paling menarik, ternyata selama ribuan tahun (lebih dari 14 abad), sumur zamzam tak pernah kering dan airnya tak habis kendati dipergunakan oleh lebih dari jutaan umat manusia setiap tahunnya. Disamping kehendak Allah SWT, secara ilmiah ternyata juga dapat diungkapkan fakta-faktanya.

Mengapa hal ini bisa terjadi? Mungkin, secara logika hal itu tidak masuk akal. Sebab, sumur zamzam ini hanya memiliki luas permukaan selebar 3-4 meter dan panjang (kedalaman) sekitar 30 meter, sangat kecil untuk menghasilkan air yang demikian besar untuk memenuhi jutaan umat manusia termasuk 2,2 juta orang jamaah haji setiap tahunnya yang masing-masing membawa 5-20 liter.

Anggota Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI), Rovicky Dwi Putrohari, dalam tulisannya tentang 'Rahasia Air Zamzam' menyebutkan, dalam sebuah uji pemompaan (pump test), sumur ini mampu mengalirkan air sebesar 11-18.5 liter per detik, atau mencapai 660 liter per menit atau sekitar 40 ribu liter per jam. Ini dilakukan sebelum tahun 1950-an.

Kemudian pada tahun 1953, dibangunlah pompa air. Pompa ini menyalurkan air dari sumur ke bak penampungan air, dan diantaranya juga ke keran-keran yang ada di sekitar sumur zamzam. Pada saat dilakukan pengujian, pada pemompaan 8000 liter per detik selama 24 jam, air yang ada dalam sumur zamzam mengalami penyusutan sedalam 3,23 meter. Dan ketika pemompaan dihentikan, hanya dalam waktu 11 menit kemudian permukaan sumur kembali ke asalnya. Padahal, jarak Kota Makkah ke laut (pantai) sejauh 75 kilometer. Ini menunjukkan, banyak air yang tersimpan dalam sumur zamzam hasil dari rekahan (celah) bebatuan yang ada pada perbukitan di sekitar Makkah.

Kemusykilan inilah yang kemudian 'mengusik' para ahli hidrogeologi untuk meneliti lebih lanjut tentang keanehan sumur zamzam. Dengan jarak yang relatif jauh dari laut, lalu darimana sumber air begitu cepat berkumpul kembali di sumur zamzam?

Rovicky dalam tulisannya menyebutkan, banyak celah atau rekahan bebatuan yang ada di sekitar tempat itu. Disebutkan, ada celah (rekahan) yang memanjang kearah Hajar Aswad dengan panjang 75 cm dengan ketinggian 30 cm, juga beberapa celah kecil kearah Shafa dan Marwah.

Keterangan geometris lainnya menyebutkan, celah sumur dibawah tempat Thawaf sekitar 1,56 meter, kedalaman total dari bibir sumur 30 meter, kedalaman air dari bibir sumur sekitar empat meter, dan kedalaman mata air 13 meter. Dari mata air sampai dasar sumur mencapai 17 meter, dan diameter sumur berkisar antara 1,46-2,66 meter. Celah-celah inilah yang kemudian memasok air ke sumur zamzam.

Mungkinkah air zamzam tercemar? Pertanyaan ini kerapkali dihembuskan, baik oleh kelompok yang tidak percaya akan keajaiban sumur zamzam maupun mereka yang berusaha menyelamatkan sumur zamzam.

Tahun 1971, kata Rovicky, dilakukan penelitian hidrologi oleh seorang ahli hidrologi dari Pakistan bernama Tariq Hussain and Moin Uddin Ahmed. Penelitian ini dipicu oleh pernyataan seorang doktor dari Mesir yang menyatakan air zamzam tercemar air limbah dan berbahaya untuk di konsumsi.

''Tariq Hussain, termasuk saya (Rovicky, red) dari sisi hidrogeologi, juga meragukan spekulasi adanya rekahan panjang yang menghubungkan laut merah dengan sumur zamzam, karena Makkah terletak 75 Kilometer dari pinggir pantai,'' ujar Rovicky.

Hasil dari penelitian ini, menyangkal dengan tegas tuduhan doktor Mesir tersebut. ''Namun, dari penelitian Tariq Hussain ini kemudian memacu pemerintah Arab Saudi untuk senantiasa memperhatikan sumur zamzam dan merawatnya dengan baik,'' jelas Rovicky yang juga anggota Himpunan Ahli Geofisika Indonesia (HAGI).

Langkah-langkah yang dilakukan Badan Riset sumur zamzam yang berada dibawah SGS (Saudi Geological Survey), bertugas untuk (a) Memonitor dan memelihara agar sumur ini dari kekeringan; (b) Menjaga urban di sekitar Wadi Ibrahim karena mempengaruhi pengisian air; (c) Mengatur aliran air dari daerah tangkapan air (recharge area); (d) Memelihara pergerakan air tanah dan juga menjaga kualitas melalui bangunan kontrol; (e) Meningkatkan (up-grade) pompa dan tangki-tangki penadah; serta (f) Mengoptimasi suplai dan distribusi air zamzam. (sya/berbagai sumbe)